aku

aku

Rabu, 17 Desember 2008

Persepsi Masyarakat Tentang Kegilaan dan Dampaknya Bagi ‘Orang Gila’

  1. Definisi Gila

Gila adalah sebuah kata yang di gunakan oleh masyarakat awam untuk mengungkapkan sebuah kondisi tidak berfungsi dengan baiknya cara interaksi seseorang terhadap yang lain. Dengan bahasa psikologis, seorang yang dinyatakan “gila” oleh masyarakat awam, adalah seorang yang tidak sama secara tingkah laku dengan masyarakat secara mayoritas (secara statistik, signifikan tidak berada dalam distribusi normal). Gila secara ilmiah dikatakan sebagai penyakit mental yang disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).Penyakit mental dapat me-ngenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.


  1. Persepsi Masyarakat Tentang Kegilaan

Masyarakat seringkali memiliki persepsi negatif terhadap kegilaan. Orang gila dianggap sebagai orang yang tidak waras, sinting dan ungkapan kasar lainnya. Menurut Irwanto, Phd, peneliti di Universitas Atma Jaya, Jakarta, "Berbagai bentuk kesalahan sikap masyarakat dalam merespon kehadiran penderita gangguan jiwa terjadi akibat konstruksi pola berpikir yang salah akibat ketidak tahuan publik. Terdapat logika yang salah di masyarakat. Mispersepsi tersebut selanjutnya berujung pada tindakan yang tidak membantu percepatan kesembuhan si penderita. Masyarakat cenderung menganggap orang dengan kelainan mental sebagai sampah sosial. Pola pikir demikian harus didekonstruksi" (Kompas, 27/09/04). Salah kaprah pengertian dan pemahaman penyakit jiwa ini mungkin karena ketidak tahuan masyarakat pada masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan mental. Ketidak tahuan ini mengakibatkan persepsi yang keliru, bahwa penyakit mental merupakan aib bagi si penderita maupun bagi keluarganya. Sehingga si penderita harus disembunyikan atau dikucilkan, bahkan lebih parah lagi ditelantarkan oleh keluarganya.

Selain itu ada anggapan keliru di masyarakat bahwa penderita gangguan jiwa hanya mereka yang menghuni rumah sakit jiwa atau orang sakit jiwa yang berkeliaran di jalanan. Padahal gangguan jiwa bisa dialami oleh siapa saja, disadari atau tidak. Orang yang tampaknya sehat secara fisik, bukan tidak mungkin sebenarnya menderita gangguan jiwa, dalam kadar yang paling ringan seperti depresi misalnyaPersepsi masyarakat tersebut antara lain:

    1. Penyakit mental disebabkan oleh roh jahat

Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena si sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat

    1. Penyakit mental itu memalukan

Adanya persepsi masyarakat bahwa orang gila ataupun keluarganya akan menerima aib. Orang gila dan keluarganya sering dicemooh bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Adanya persepsi bahwa kegilaan adalah aib menyebabkan orang gila yang dianggap sembuh oleh doter di rumah sakit jiwa tetap tidak dapat dipulangkan karena keluarga dan masyarakat tidak menginginkannya kembali.

    1. Orang Gila adalah sampah masyarakat yang mengganggu keindahan dan kenyamanan kota


  1. Perlakuan-Perlakuan Masyarakat Terhadap Orang Gila

    1. Memasung

    2. Memperlakukan dengan kasar, perlakuan kasar seringkali dilakukan oleh anak-anak dengan melempari batu dan mengejek.

    3. Membuang orang gila tersebut ke daerah lainnya karena orang gila tersebut adalah sampah masyarakat

    4. Masyarakat menghardik orang gila tersebut dan pemerintah menyingkirkannya secara tidak manusiawi


  1. Dampak Persepsi yang salah tentang orang gila

    1. Pada keluarga orang gila tersebut

Keluarga merasa malu atas anggota keluarganya yang gila bahkan adanya tekanan batin yang dialami keluarga karena cemoohan dan pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat.

    1. Pada orang gila itu sendiri

Persepsi masyarakat yang salah dapat menyebabkan orang gila tersebut akan menerima siksaan dengan pemasungan yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat. Kesembuhan pada orang gila tersebut pun sangat kecil harapannya karena masyarakat malah menghina mereka alih-alih memberi perhatian dan kasih sayang untuk kesembuhan gangguan mental mereka. Setelah sembuhpun ada kemungkian orang gila tersebut akan kembali menjadi gila, hal ini dikarenakan masyarakat tetap tidak menerima mantan orang gila. Mereka tetap mempersepsi negative terhadap orang gila sehingga orang gila tersebut tetap menjadi beban keluarganya ataupun masyarakat karena ketiadaan lapangan kerja yang mau menerima orang gila untuk bekerja.

    1. Pada masyarakat

Masyarakat mungkin saja akan mengalami kekerasan yang dilakukan orang gila atas perlakuan kasar yang mereka lakukan kepada orang gila tersebut. Persepsi masyarakat tersebut dapat pula menyebabkan perilaku imitasi yang akan dilakukan oleh anak-anak untuk menyakiti orang lain terutama orang gila dengan melakukan kekerasan secara fisik dan secara verbal.


  1. Jenis-Jenis Orang Gila di Masyarakat

    1. Orang gila yang tidak memakai baju sesentipun, orang gila tersebut tidak memakai baju dan berkeliaran di jalan raya

    2. Orang gila yang selalu berkata buruk, orang gila tersebut mencaci maki orang-orang yang lewat didepannya dan sering kali meludahi orang didepannya.

    3. Orang gila yang memakai kekerasan, orang gila tersebut sering kali menyakiti orang lain saat dalam keadaan marah.


  1. Perlakuan Pada Orang Gila

  1. Isolasi, perlakuan terhadap orang gila dengan cara dipasung

  2. Deinstitutionalization, perlakuan terhadap orang dengan cara mengobati orang tersebut dirawat di rumah sakit.

  3. Homelessness, perlakuan terhadap orang gila dengan cara obat jalan yaitu dirawat oleh keluarganya sendiri di rumah.

  4. Transinstitutionalization, perlakuan terhadap orang gila dengan jalan dibiarkan saja yaitu ditempatkan pada suatu tempat dimana dia bebas menjadi dirinya sendiri (dimana dia tidak akan menyakiti dirinya sendiri dan orang lain serta tidak mengganggu orang lain). Cara ini berangkat dari paham eksistensialisme yaitu setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri.


Daftar Pustaka

http://www.wikimu.com/News/Printaspx?id=1045http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakitmental

http://www.sivalintar.com/artikel.html

http://desantara.org/v3/index.php?option=com_content&task=view&id=385&Itemid=53

http://www.suaramerdeka.com/harian/0610/10/opi04.htm

http://curhatkita.blogspot.com/2008/12/sakit-jiwa-aib.html

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Hai mbak arum slm knal,saya abdulloh 34th dr blitar.Saya ini kayanya menderita fobia sosial yg akhirnya membuat saya jd depresi bolehkah sya minta no hp utk berhub dg anda..Email saya amubarrok@gmail.com hp:085649920236 pls sya bth bantuan.Makasih

arum_psi'06 mengatakan...

kirim e-mail aj y
di fitri_lrig@yahoo.co.id
thx