tag:blogger.com,1999:blog-31456740571370383922024-03-13T07:14:16.525-07:00Arumaniz BlogBlog ini aku buat sekedar untuk sharing tentang psikolgi dan telah menjadi buku diaryQ..
Semoga bermanfaatarum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-28749566875628611102011-06-13T00:17:00.000-07:002011-06-13T00:22:48.430-07:00gossipSiapakah diantara kita yang suka bergosip?? Ehm,, sepertinya banyak diantara kita yang suka bergosip. Buktinya?? Yah,,liat aja acara gossip di tv yang gak ada matinya. Artinya, rating acara gossip tinggi, tentunya karena banyak manusia yang menyukai gossip. Akibatnya,, setiap hari kita diberi makan gossip. Ada acara gossip di pagi hari untuk sarapan, pas siang hari kita juga disuguhin makan siang gossip, sore pun ada untuk makan sore dengan acara gossip yang dikupas secara mendalam dalam gossip investigasi .<br />Tidak, aku tidak suka acara infotainment di televis, aku lebih suka melihat sinetron korea dan talk show yang bermuatan pendidikan. Aku tak suka acara gossip, karena acara gossip itu tidak mendidik. Apaan itu acara gossip, gak mutu?!. Tapi kenyataannya, aku tetap menonton acara itu. Oh sungguh memalukan?!<br />Maka dari itu dengan lantang aku mengucapkan “Aku cinta Gosip!”. Mungkin saat sendirian, aku gak bakalan nonton acara gossip, namun ketika berkumpul dengan teman-teman kos, begitu menyenangkannya menonton acara itu. Apalagi ada skandal yang dikupas setajam silet. Oh kita-kita akan mengomentari para artis-artis, mungkin kita mengupasnya lebih tajam dari silet, barangkali setajam golok . Kalau dipikir-pikir lagi, emang siapa tuh artis, kenalan juga kagak pernah tapi kita membuang-buang tenaga untuk ngobrolin mereka berjam-jam. Kalau gini siapa yang rugi??? Aku dong pastinya, menghabiskan waktu yang tidak berguna. Tapi hati kecilku melakukan rasionalisasi yang tidak logis dengan mengatakan “Lho, gak apa-apa ngegosipin artis bareng,toh kamu jadi bisa akrab dengan teman-temanmu”. Hello, mengakrabkan diri tak harus dengan gossip kan?? Oh manusia yang bernama arum, betapa tidak kreatifnya dirimu sehingga mengakrabkan diri dengan cara bergosip?!”<br />Aku kecanduan dengan gossip. Tanpa aku sadari setiap hari aku terlalu banyak meminum minuman yang bernama gasip hingga aku mabuk. Semakin hari kadar gossip semakin banyak yang akibatnya kadar kecanduanku pun semakin tinggi. Bergosip sungguh terasa mengasikkan apalagi dengan banyak orang. Semakin banyak orang, semakin menyenangkan bergosip. Hmm.. Indahnya bergosip<br />Mungkin sekarang aku malah menjadi gossip addict, orang yang begitu tergila-gilanya dengan gossip. Padahal sebenarnya apa sih esensi dari gossip, mungkin saat aku bisa berpikir dengan akal sehat aku akan mengatakan “Gossip is nothing”. Esensi dari gossip menurutku adalah membicarakan orang. Tidak masalah jika kita membicarakan tentang kebaikan-kebaikan orang lain karena itu mungkin akan mengispirasi dan memotivasi kita akan kisah-kisah orang-orang hebat. Akan tetapi ayo kita melakukan survey, topic apa yang sering kita bicarakan saat bergosip, kebaikan orang lain ataukah kejelekan orang lain??? Kalau aku, aku akan menjawab kalau akau sering bergosip tentang kejelekan orang lain daripada kebaikannya. Mungkin 98% dari obrolanku di dalam pergosipan adalah kejelekan orang lain dan hanya 2% aku membicarakan kebaikanya. Dan yang lebih buruknya, kita akan menam-nambahkan suatu cerita yang tidak benar agar pergosipan tampak seru?!.Padahal saat kita membicarakan orang lain itu sama dengan halnya kita memakan daging busuk saudaranya *kalau tidak salah, hehehe *<br />Aku kadang tidak mengerti dengan diriku sendiri. Dimanapun berada, dengan keadaan yang sibuk atau enggak, aku masih sempat-sempatnya bergosip. Di kos, saat lagi santai, aku bisa bergosip santai dengan teman-teman kos. Bahkan, ditengah banyaknya tugas di kantor, aku masih sempat-sempatnya bergosip. Tema gosipnya adalah kejelekan bos, keburukan teman kerja bahkan kejelekan artis *maafkan aku bos, teman-temanku dan artis Indonesia, hehehe *<br />Saat aku menulis ini, beberapa detik aku melakukan sedikit perenungan kenapa aku begitu jahatnya membicarakan bosQ, orang yang memberi aku pekerjaan dan menggajiku. Kenapa juga aku begitu jahatnya membicarakan keburukan teman-teman kantor yang begitu baiknya menerima diriku dengan tangan terbuka dan membagi ilmu tentang dunia kerja kepadaku. Dan kenapa juga begitu bodohnya ku membicarakan artis yang kenal mereka aja enggak, tapi mau-maunya ngobrolin mereka. Kadang aku memang tidak mengerti dengan diriku sendiri hhehe \/. Mungkin ada beberapa alasan mengapa aku merasa begitu bersemangat bergosip:<br />1. Aku iri dengan orang yang aku gosipin. Dengan aku membicarakan semua kejelekan orang itu, paling tidak aku merasa aku lebih baik dari mereka, padahal itu mungkin bentuk dari rasa iriku yang tidak bisa sehebat dia.<br />2. Aku adalah orang yang tidak tahu malu. Betapa memalukannya diriku ini, aku membicarakan kejelekan orang lain, padahal aku memiliki bermilyar-milyar kejelekan dan aku tidak lebih baik dari orang yang aku gosipin. Ketika aku bercermin, dengan PDnya aku mengatakan “Oh arum, betapa cantik dan baiknya dirimu”, padahal kenyataannya aku seperti lumpur yang bau dan menjijikkan.<br />3. Aku menderita rabun dekat, hehehe.. Lah wong kejelekan sendiri yang begitu dekat gak keliatan, tapi sanggup melihat kejelakan orang lain yang jauh dari diriku.<br />4. Aku adalah orang yang tidak tahu berterimakasih. Lah orang yang begitu baik denganku malah aku jelek-jelekkan. Oh sungguh tololnya, sungguh tidak tahu berterimakasih.<br />5. Aku adalah orang yang sangat sombong, lah wong aku merasa paling oke saat membicarakan kejelekan orang lain padal cemen.<br />6. Aku adalah sesosok manusia cemen. Yaiyalah cemen, aku ngegosipin orang lain saat dia tidak ada di dekatku, coba dia ada di dekatku, mati kutu dah aku. Cemen buat ngegosipin dia di depannya. Memalukan?!<br /><br />Setelah aku pikir-pikir, banyak sekali dampak negative dari bergosip. Salah satunya misalnya menurunnya produktivitas kerjaku karena banyak waktu yang terbuang percuma gara-gara lama bergosip. Dampak lainnya juga berpengaruh dalam pergaulan. Mungkin aku bakalan dibilang biang gossip dan tidak akan dipercayai oleh teman-teman untuk memegang rahasia penting mereka dan lebih buruknya aku akan kehilangan banyak teman. <br />Maafkan aku, maaf ini untuk semua orang yang pernah jadi bahan gosipku. Aku mencintai kalian<br /><br /><br /> Malang, 16 Mei 2011<br /> Arumaniz@cida_muraarum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-31536321630276117252011-03-20T00:49:00.001-07:002011-03-20T00:53:44.784-07:00Surat Terakhir Untukmu (Mungkin)<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal">Teruntuk seseorang yang pernah menjadi kakakQ….</p> <p class="MsoNormal">Mungkin ini adalah surat terakhirku untukmu sebelum aq men’delete’ semua tentangmu dari file memori indahku..</p> <p class="MsoNormal">Mungkin <span style=""> </span>juga kau akan mengatatakan “Lancang sekali kau menulis surat untukku”</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kau jugan akan mengatakan “Sudah lupakan aku, jangan kau ganggu hidupku lagi”</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kau juga akan mengatakan, “Kau perempuan jalang, tak pantas untuk masuk dalam lembaran hidupku”</p> <p class="MsoNormal">Tapi, tenang saja kakakku sayang, aku tak akan selancang itu mengirimkan surat hina ini untuk dirimu yang suci bagaikan malaikat. Aku hanya ingin menuliskan surat ini sebagai caraku untuk mengenangmu yang mungkin untuk terakhir kalinya..</p> <p class="MsoNormal">Aku hanya ingin kau tau apa yang aku rasakan, walaupun mungkin kau tak ingin tahu itu.</p> <p class="MsoNormal">Aku hanya ingin kau sedikit merasakan apa yang aku rasakan, walupun mungkin kau tak sudi.</p> <p class="MsoNormal">Aku hanya ingin kau meminta maaf atas semua yang kau lakukan, walaupun mungkin kau tak pernah merasa bersalah.. Ya, kau seorang malaikat yang tak punya salah, kau tak perlu minta maaf, karena semua memang salahku..</p> <p class="MsoNormal">Mungkin perkenalan kita, pertemuan kita adalah kesalahan terbesar dalam hidupmu..Tapi, sungguh aku tak pernah menyesalinya. Aku belajar banyak hal darimu. Belajar tentang kebaikan, ketulusan, dan tentang bagaimana menjadi kakak (karena aku tidak pernah menjadi kakak yang baik untuk adikku).</p> <p class="MsoNormal">Mungkin keakraban kita yang berjalan begitu singkat, akhirnya dengan singkat pula berakhir..Tapi sungguh aku menikmatinya. Aku melihat sosok laki-laki baik hati selain ayahku ada pada dirimu.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin karena hubungan kita yang diawali dengan sebuah kebohongan, harus berakhir karena kebohongan besar..</p> <p class="MsoNormal">Tapi aku bersyukur karena aku telah meminta maaf, walaupun aku tidak tahu kau memaafkanku atau tidak. Tapi tenang saja aku memaafkan kebohonganmu dengan tulus (atau anggap saja tulus)</p> <p class="MsoNormal">Mungkin keakraban kita, membuat perempuan itu, perempuan yang sangat kau cintai meradang marah dan terbakar api cemburu, bahkan menghinaku. Tapi tetap saja aku tak bisa membencinya karena aku tahu kau begitu mencintainya.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin perempuan itu menduga aku mencintaimu. Tapi apakah cinta itu?. aku tak mengerti cinta dan kau tau itu kan??</p> <p class="MsoNormal">Mungkin aku memang mencintaimu.. Tapi bukan “mencintai” seperti ini. Aku mencintaimu tidak seperti aku mencintai lelakiku yang penuh romantisme, detakan jantung yang tidak teratur dan sedikit ‘keribetan’. Aku mencintaimu dengan penuh penghormatan sebagai cinta seorang saudara ke saudara yang lebih tua karena aku tak punya seorang kakak. Dan aku rasa kau tahu itu.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kita harus menyamakan persepsi tentang cinta. Aku mencintaimu bukan untuk menyakiti hati perempuan itu dan akhirnya membuat kau terpuruk karena perempuan itu berniat meninggalkanmu.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kau tidak pernah tahu betapa menyedihkan ketika kau terpuruk saat perempuan itu berniat meniggalkanmu. Tapi aku tak bisa melakukan apapun untuk membantumu.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin melupakanku dan menganggap tidak pernah bertemu denganku bahkan menganggap aku tidak pernah ada di dunia ini, akan lebih baik untuk kita semua</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kau tidak tahu betapa bahagianya diriku saat kau dan perempuan itu berjanji kepada Tuhan untuk selalu bersama dalam suka dan duka.</p> <p class="MsoNormal">Tapi maafkanlah diriku yang tidak dapat menyaksikan kebahagianmu itu karena aku merasa tidak pantas hadir dalam pestamu yang suci itu.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin kau tak akan pernah membaca surat ini..</p> <p class="MsoNormal">Dan mungkin perempuanmulah yang akan membaca surat ini.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin perempuan itu akan mengatakan “DASAR MUNAFIK” atau akan mengatakan “DASAR PEREMPUAN KEGATELAN” saat membaca surat ini di facebookku atau blogku.</p> <p class="MsoNormal">Tapi aku tak peduli,,</p> <p class="MsoNormal">Karena aku tahu Tuhan mempertemukan aku denganmu dengan tujuan.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin tujuan Tuhan mempertemukanku denganmu adalah agar aku belajar tentang kehidupan dari dirimu.</p> <p class="MsoNormal">Terimakasih untuk segalanya..</p> <p class="MsoNormal">Terimakasih telah hadir dalam hidupku dengan sejuta kenangan indah dan tidak indah.</p> <p class="MsoNormal">Semoga kau selalu berbahagia dengan perempuanmu..</p> <p class="MsoNormal">Untuk terakhir kalinya, ijinkanlah aku meminta maaf atas kelancanganku masuk dalam hidupmu dan kelancanganku menulis surat ini.</p> <p class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"> </p><p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal"><br /></p> <div style="text-align: right;"> </div><p style="text-align: right;" class="MsoNormal">Dengan rasa penuh hormat padamu</p><p style="text-align: right;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-align: right;" class="MsoNormal">Cida_murA</p> <p class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"> </p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-34340436943902537462011-03-08T23:07:00.000-08:002011-03-08T23:28:15.396-08:00undangan pernikahanBeberapa hari yang lalu aku mendapat undangan pernikahan lewat facebook dari seseorang (seorang cewek) sebenarnya tidak ingin aku ingat. Awalnya dia add aq di fb, truz aku langsung confirm aja. Sebenarnya aku gak tau maksud dia, dia kan benci banget ma aku, aku kan cewek munafik n kegatelan (menurut pendapatnya).<br />Setelah beberapa hari peristiwa "add" itu, dia men tag aq sebuah foto. Dan eng,,i eng,,ternyata foto yang di tag ke dakuw adalah foto undangan pernikahannya. Undangan pernikahannya kakak dan cewek itu. Aih apa sih maksudnya..Mungkin minta restu dan doa dari aku ya??Yaudah met menempuh hidup baru ya kakak dan mbk ****. Moga kalian bahagia. Aku merestui kalian kok :).<br />Aku berharap setelah pernikahan ini kamu gak benci aku lagi, toh kakak nikah kan ma kamu. Aku berharap bisa segera menyusul kalian. hohoho *sambil celingak-clinguk mencari cowok ganteng bwt dijadiin suami,,hihihi *<br />Aku pengan dateng ke pernikahan kalian, tp takut diusir..hehehe :). doaQ slalu menyertai kalian.<br />semoga bahagia :)<br />hmm..aku slalu suka mendapat undangan pernikahan. :)<br /><br />perpus kota malag 9 maret 2011arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-13384908014108306222010-12-19T19:25:00.000-08:002010-12-19T20:02:49.802-08:00jembatan penyebrangan atau wc umum?Disuatu siang yang mendung di kota malang hari Kamis 2 desember 2010, aku berjalan eh naek angkot ding tepatnya naek LG ke kantor pos buat ngembaliin formulir pendaftaran CPNS. Berhubung aku ini hanyalah orang desa yang katrok, pengen baek berjalan melewati jembatan penyebrangan, selain aman juga sih lewat jembatan penyebrangan *takut nyebrang*. Di desa tempat aku tinggal kan gak ada tuh jembatan penyebrangan, so aku bisa foto-foto deh disini buat nunjukin ke emmak n bapak di kampung. hohohohoh *gak penting banget*<br /><br />Akhirnya turunlah dakuw di Sarinah guna menuntaskan hasratku untuk menaiki jembatan penyebrangan *beuh bahasane...:p*. Setelah turun dari angkot dan tak lupa membayar angkot sebesar 2500 perak, bukan pakek uang perak lho, pakek uang kertas 2000 n uang logam warna kunig2 geto 500 *gak penting banget*. setelah itu aku berlari-lari kecil kearah jembatan penyebrangan sambil berkata "jemabatan tunggulah kedatangan dakuw" (alay mode on)<br /><br />Pas sampek di jembatan penyebrangan, betapa kecewanya hatiku.. Gimana gak kecewa, pengorbananku untuk menikmati indahnya jembatan penyebrangan ternodai karena jembatan sudah ternodai. Jembatan penyebrangan sudah tidak perawan lage. Oh malam pertama yang buruk *apaan seh, kok jadi gak nyambung gini, hehehe *<br /><br />Jembatan penyebrangan emang ternodai. Ternodai oleh bau gak sedap nan gak lezat plus garfiti gambar cacing gak jelas. Sekarang kita menganalisis bagaimana jembatan penyebrangan bisa ternodai dan siapa saja yang sudah memperkosa, eh menodai jembatan penyebrangan ini:<br /><ol><li>Kenapa jembatan penyebrangan memiliki BJ (Bau Jembatan) yang enggak banget ngalahin bau kambing?Bau apakah itu?</li><li>Kenapa sampek ada gambar cacing2 di jembatan penyebrangan?</li><li>Kenapa juga banyak sampah di jembatan penyebrangan? baik itu sampah dengan arti sebenarnya sampek sampah masyarakat?</li></ol>Mari kita menjawab:<br /><ol><li>Baunya adalah bau pesing. Bau pessing adalah bau kencing, tau kan? kalau gak tau liat aja di mba gogle. Kenapa bisa bau? karena ternyata banyak orang yang gak bisa membedakan antara toilet dan jembatan. atau saking miskinnya rakyat indonesia sehingga gak sanggup bayar tiket masuk wc umum yang terpengaruh budaya kaptalis (lah wong pipis ae bayar 1000 perak), so dari pada bayar cuman buat pipis mending duitnya buat beli cilok. Akhirnya pipis aja deh di jembatan tanpa berperi kemaluan. Gratis bo'. Itung-itung menyakurkan bakat ekshibisionis kalau sewaktu-waktu ada orang lewat dan ngeliatin titinya saat pipis. ckckckc... Saat pertama kali lewat jembatan penyebrangan aku sempet berpikir "ini wc umum atau jembatan penyebrangan seh? baunya gak jauh beda".<br /></li><li>kenapa ada gambar cacing? karena ada aja seniman kesasar yang kehabisan kertas buat ngegambar, so jembatanlah jadi sasaran. Atau banyak seniman yang jadi aktivis lingkungan ya? so hemat kertas deh, dari pada buang-buang kertas yang bikin banyak pohon ditebang trus akibatnya hutan gudul trus global warming deh, jadi mereka pikir mending corat coret dinding. Biarlah Tuhan yang tahu..</li><li>BAnayk sampah? KArena banyak rakyat Indonesia yang buta huruf atau PURA-PURA buta huruf gak bisa membedakan mana tulisan TONG SAMPAH dan JEMBATAN PENYEBRANGAN. Alahasil sampah dimana-mana<br /></li></ol>aku yakin semakin modern, semakin berpendidikan manusianya, so semakin sadar akan kebersihan dan ketertiban umum. Ayo kita jaga fasilitas umum. Fasilitas umum di buat dari duit kita lho, dari duit pajak, so fasilitas umum itu milik kita. MAsa kita gak mau menjaga milik kita.<br />jaga lingkungan paling enggak buat kita sendiri :)..arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-26256582577547225292010-11-10T20:45:00.000-08:002010-11-10T20:55:28.145-08:00Kejadian Tak Terduga yang Bikin Aku Migrain dan Mag Kambuh<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Aku dari dulu gak suka yang namanya kisah cinta-cintaan baik dr kehidupan nyata maupun kisah-kisah di film ataupun novel. Menurutku terlalu berlebihan cerita-cerita cinta itu. Gak masuk akal ajah, masa ada orang bunuh diri gara-gara patah hati. Gak banget kan (walau di kehidupan nyata emang ada). Menurut aku, yaudalah patah hati, itu artinya Tuhan belom menjodohkan kalian. Mungkin Tuhan mempunyai jodoh lain yang lebih baik dari dia, yang lebih memahami kamu dan menerima kamu apa adanya. Iya kan??</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Dari aku kecil aku udah biasa jadi ‘tempat sampah’ curhatan temen-temen. Dari curhatan masalah keluarga tapi lebih sering sih masalah cinta, pacaran, suka-sukaan. Emang dari dulu aku lebih suka temenan dengan anak-anak yang lebih tua sih, jadi aku sering gak nyambung kalo dicurhatin masalah cinta-cintaan gitu. Coba bayangin aku yang masih kelas 3 SD kudu dengerin temenku curhat masalah pacaran, berduaan, kissing dan patah hati *lho kok aq masih inget ya obrolan kita,,hihihihi*. Jadi walaupun sampai sekarang aku tetep gak ngerti masalah cinta-cintaan, tapi temen-temen masih curhat ke aku. Menurut aku, mereka hanya butuh didengerin, advice kadang gak perlu karna hal itu akan membuat mereka terpuruk. So jadilah aku menjadi pendengar yang baik.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Wlo aku gak ngerti masalah cinta-cintaan bukan berarti aku gak ada masalah dengan cinta lho,,*tiba-tiba curhat,,hihihi*. Aku beberapa kali kok patah hati. Tapi kan pisahnya dengan baik-baik. Kita tetap berteman baik, walau sering lost contact sih. So berpisah ma mereka gak bikin aku terpuruk. Kan mati satu tumbuh seribu. Hehehehe..</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Baru-baru ini aku terjebak ma kisah cinta seseorang yang bikin aku migrain dan gak nafsu makan selama 5 hari. Bayangkan aku yang doyan makan, gara-gara masalah ini sehari aku Cuma makan sekali. Kalau inget kejadian ini aku merasa rugiii Bandar bleh?!. Tambah kurus kering aku T,T. kepala migrain, mag kambuh. Hikssssss,,,,,,</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Begini ceritanya, aku kenal ma seorang cowok. Dia lebih tua beberapa tahun dari aku. Kita berteman dekat dan akrab. Dia baik banget ma aku so aku angkat aja jadi saudara. Hehehe.. Aku selalu hati-hati kalau temenan dekat ma cowok, aku gak mau kan kalau nanti dilabrak ma ceweknya ataupun istrinya, hehehehe. So setelah aq introgasi, aku paksa2 *berlebihan* dia bilang “I’m vario, I’m single”. Yaudah kita berteman sangat akrab bin geje. Dia curhat-curhatan masalah pribadi dan sms-an lah tiap hari. </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Suatu malam dia curhat masalah kisah-kisah cintanya. Dia cerita tentang mantannya. Cowok ini aku kasih nama Ali ya <span style="font-family: Wingdings;"><span style="">J</span></span>. Salah satunya cewek ini yang bikin aku migrain. Anggep aja namanya aisyah. Aku dan aisyah ini sering komen dif b dia. Pas pada suatu saat aku merasa aisyah menyebut namaku (wlo disamarkan). </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Ali malem itu cerita tentang mantannya kalau dia sayang sama mantannya. Mereka lama bersama dan udah lumayan lama putus karena gak direstui orang tua ceweknya. Sekarang Ali pengen balikan lagi cos masih sayang ma dia. Ali pengen banget mendapat restu dari orang tuanya itu. Akhirnya aku tanya aja:</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“Kak, cewek itu namanya<span style=""> </span>Aisyah?”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“Loh kok tau, kok bisa kamu menyimpulkan dia?”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“Ya, dari fb, aq liat kalian sama-sama saling suka”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“iya dia dic.”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“Kayaknya mbk aisyah cemburu ma aku yah? Apa kita gak usah berhubungan lagi?”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“Iya dia emang sempet cemburu, tapi aku sudah bilang kalau kita Cuma kakak adik dan dia ngerti. Aku gak suka kamu bilang kayak gini, aku cerita masalah pribadi soalnya gak ingin kamu jauh.”</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">“oh ya udah”.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Yaudah kita tetap berteman baik layaknya kakak adik. Sampai pada suatu sore Ali sms. </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;"><i style="">Dic, bisa tolong aku, aku ada masalah. Aisyah baca sms qt yang aku bilang luph yu dan kamu bales luphyu to. Dia nyangka qt ada hub khusus. Tolong kamu sms dia, jelasin ke dia, separuh nyawaku aku serahkan padamu. Tolong ya.</i></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Akhirnya aku sms mbk aisyah buat jelasin kalau diantara aku dan Ali gak ada apa-apa (saat itu aku sempet mikir sih, kenapa ada mantan yang cemburu kalau mantannya deket dengan cewek lain. Aneh kan?). tapi mbk aisyah gak mau ngerti. Dia marah banget ma aku. Lah aku salah apa?. Apa aku merebut kakak? Enggak kan? Aku gak pacaran ma kakak. Dia kakakku. Lagian aisyah kan Cuma mantanny, knp dia marah?.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Dan setelah aku korek-korek informasi dari kedua belah pihak, ternyata mereka PACARAN. Jiahhhhhhhh,,sial gw ditipu *ups maap. Mereka pcaran selama 4 tahun dan lagi mempersiapkan pernikahan. Kenapa gak bilang ke aku??? Kalau aku tau, aku gak bakalan ngeladenin si Ali Baba itu..aarrgghh…</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Dan lebih parahnya, si aisyah bener-bener cemburu ma aku. Aku heran, kenapa ya cemburu?. Dia cantik, aku jelek item kurus kering bego pula. Si Ali Baba mesti milih dia lah. Terus mereka 4 tahun bersama, sedangkan aku baru tiga kali ketemu. Aku gak tau apa yang dia cemburuin ma aku. Yang bikin aku sakit hati adalah message dari dia, </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;"><i style="">Ga ada alasan? Km kira q g skt hati dia bilang jomblo? Pdhl dia msh ma q n itu cm gara2 km. Dy blg keq ga pernah ktmuan ma km. Dy bhng cm gara2 km.. Dy ingetin km mkn kyk gtu brarti dy lbh perhatian kekamu. Cuma gara2 kamu, km blg skrg, apa q seharusnya ga sakit hati ma kalian?(ini dari mbk aisyah)</i></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Apa pendapat kalian pas baca message diatas?? Dia nyalahin aku kan? Disangkanya aku yang merayu-rayu Si Ali Baba. Dia bohong gara2 aku? Lah aku juga dibohongin, truz aku yang disalahin? Kan yang bohong dia. Dia ingetin aku makan?? Lah aku kan gak minta diingetin, truz aku yg salah lagi?. Dia bilang jomblo? Aq salah juga?. Aku gak ngerti apa maumu mbak aisyah T,T.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Aku selalu merendah ma kamu mbak. Aku sudah mencoba untuk sabar menghadapimu, padahal yang salah itu cowokmu. Aku juga gak bisa marah ma cowok itu cz selama ini dia sudah banyak bantu aku. Aku sampaek migraine dan magku kambuh memikirkan ini. Aku gak nyangka kalau aku ternyata dimata aisyah dianggap orang ketiga, dianggap selingkuhan. Pliss deh, aku gak ada hub apa2 dengan Ali Baba.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Aku tau waktu sms bilang suka dan cinta ke aku bukan Ali tapi aisyah makanya aku kerjain aisyah dan bilang kalau aku suka Ali, soalnya waktu itu aku emosi banget. Sekalian aja aku kerjain. Dan ternyata berhasil,,hihihi ups maap. Tapi masalah jadi tambah ruwet. Gak tau lagi deh, terserah kalian mau gimana juga. Mulai saat ini aku mau menata hidupku kembali. Makasie bwt semua ini. Aku belajar banyak. </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Tanoshi,,sayanora kak ali dan mbk aisyah ^^,,arigatou gozaymaz <span style="font-family: Wingdings;"><span style=""></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">11 November 2010</p><p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">arumaniz<br /><span style="font-family: Wingdings;"><span style=""></span></span></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-16092366604809667272010-11-03T21:13:00.000-07:002010-11-03T21:17:24.562-07:00Si Cewek Dudul yang Hobi Kesasar<!--[if gte mso 9]><xml> <o:officedocumentsettings> <o:relyonvml/> <o:allowpng/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Bagi cowok ganteng nan rupawan yang terpesona dengan pesonaku yang aduhai ini dan dalam dasar hati yang terdalam ingin meculikku, DILARANG keras membaca tulisan ini. Hihihi *sok ngartis,,sok laku*</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">Salah satu kebodohan yang sering aku lakuin adalah kesasar. Biyuh,, malu-maluin banget. Secara umur segini masih kesasar?!. Ampun dah. Kecerdasan spasialku mungin setingkat otak cicak kali ya dan diperparah aku buta arah. Jadi kalau aku tanya arah, percakapan yang tejadi adalah:</p> <p class="MsoNormal">“Pak kalau ke matos dimana mana ya?”</p> <p class="MsoNormal" style="">“Itu lho mbak di utaranya UM” <span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal">“Oh…” sambil angguk-angguk,,geleng-geleng,,tunduk-tunduk,,kagak ngerti bleh?! Arrgghh…. Utara itu yang mana ya?? Utara itu makanan?? Hihihi…*menyeringai ala mbk kunti*</p> <p class="MsoNormal">So, disini aku ceritaian kebodohan-kebodohanku yang baru ku sadari dimulai sejak aku SMP dan aku kagak tau gimana nyembuhinnya. Adakah yang tau caranya?? Klo tau caranya segera hubungi arum dengan ketik reg (spasi) arum cantik ke no hp aku. *hehehehe…</p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Pas SMP</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Dari kecil aku emang suka melakukan sesuatu sendiri kecuali kalo yang ada hubungannya dengan elektronik dan IPTEK gitu, maklum takut kesetrum dan gaptek pula. Emang rada-rada autis gitu, aku jarang minta tolong dan sering memendam keinginan gitu. Sampek emmak dan bapak kudu maksa nanya apa yang aku inginin. Belagu yapz,,hihihi.. So aku sering pergi sendirian dan pada suatu hari aku kudu pergi kerumah temen sekelas (kayaknya pas kelas 3 SMP) buat ngerjain tugas elektro gitu. Busyet aku mah kagak ngarti masalah kabel, soldier dan sejenisnya. Ampunnn…</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">So pergilah aku kerumahnya naek sepeda ontel dengan dandanan cantik nan mempesona *hihihi lebbay*. Dengan berbekal alamat yang kudapet dari hasil nelpon rumahnya aku mencari rumah temenku itu. Dia bilang, “Rumahku di jalan WR Supratman rum, di pinggir sungai ada musholla trus masuk aja. Nanti tanya rumanya Ani (bukan nama sebenarnya) gitu”. Dan aku dengan pede menjawab “Oke rebes, aku berangkat”. Dan apa yang terjadi… aq tersesaaatt… aku mencari-cari dimanakah letak musholla itu dan aku tak menemukannya. Akhirnya aku bertanya pada ibu-ibu yang lagi nyuci di sungai itu.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Bu musholla disni dimana ya?”</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Wah gak tau ya mbak”.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Kalau anak SMP yang namanya Ani ibu tau?”</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Oh yang baru nikah itu ya mbak?”</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Oh salah orang berarti bu,,makasih” </p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Yihaa,, akhirnya aku tidak menemukan rumah si Ani setelah bolak-balik aliran sungai dua kali. Panas yang menyengat di kota Situbondo membuat keringat bercucuran dan dahaga yang membuat pencarian hari itu dab aku pulang dengan tangan kosong, eh dengan pisang goring ding yang aku beli di pinggir jalan, hehehe.. seandainya saat itu aku udah punya hape,,ckckckck.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Pas acara jalan-jalan ke balaikambang (bener gak ya nulisnya ini,,hehehe)</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Pas berangkat ke balaikambang sih lancar-lancar bae cz kita semua berjalan bersama-sama. Tapi,,,pulangnya aku, ipungs, aa pim dan mbk liza kehilangan jejak teman-teman dan dengan suksesnya kita kesasar dan bensin juga habis, untungnya langsung ketemu ma penjual bensin di pinggir jalan, gak lucu kan kalau ada cewek cantik ntr nuntun sepeda di pinggir jalan. Hehehe.. Akhirnya setelah bertanya kemari-kesana eh kesana kemari ding kami menemukan jalan yang benar. Karena kecantikan kami yang begitu mennggoda (teteup narsiz euy,,hihihi) dijalan kami di goda oleh para preman-preman mabuk,,hiyy,, Untung ada aa pim yang cowok satu-satunya. Fiuh perjalanan yang menegangkan,,hehehe…</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Tak menemukan jalan pulang setelah praktek tes</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Pas semester 5 (klo gak salah,,maklum pikun dini) aku dan kelompokku praktek tes bakat minat (klo gak salah juga,,hehehe) ke SMA 2. Wih menyenangkan banget waktu itu. Kami mempraktekkan ilmu kami. Tapi ada bencana setelah pulangnya. Pulangnya hujan deres. Kami kagak bisa pulang bareng-bareng. Jadi ada yang pulang duluan, ada yang pulang nunggu hujan reda. Aku yang kalo di malang berperan sebagai penebeng sejati tentunya nunggu ojekanku dunk yang gak mau<span style=""> </span>ujan-ujanan (hehehe,,). Setelah menunggu sekian lama hujan tak kunjung reda, akhirnya kami nekat pulang. Mbk Ojekku kakinya lecet dan akhirnya aku yang nyetir. Dan apa yang terjadi dalam perjalanan pulang kami kesasar. Temenku ini juga punya penyakit yang sama denganku yaitu buta arah. ARRRgghhhh… akhirnya kami bertanya dengan penduduk sekitar *lebbay</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Mas kalau jalan ke UM itu lewat mana ya?” *kebetulan waktu itu dapet mas-mas,,hihihihi*</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“UM?Muhammadiyah ya mbak?Dinoyo?”</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">“Iya deh mas. Dimana ya?” (dalam hati berkata: “heellooww..UM bukan Muhammadiayah”.ckckckc)</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Setelah perbincangan yang cukup sengit sambil merayu-rayu mas itu (hihihi,,lebbay) akhirnya kami bisa tembus ke jalan Kawi, kalau jalan kawi mah apal. Kan tempat tongkrongan kami (hihihi belagu). Akhirnya kami bisa sampai juga dengan selamat ke haribaan kosan. Fiuuuuuhhh….. </p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Pas mengejar impian di Surabaya</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Impian memang harus dikejar dengan pengorbanan yang tidak sedikit, hikss. Aku yang gak pernah sadar kalau kecerdasan spasialku setara dengan otak bekicot ini nekat pergi ke Surabaya sendirian buat tes kerja. BONEK (Bondo nekat) banget deh gua. Dengan pedenya pergi ke Surabaya dan akhirnya kesasasarrrr (lagi). Hiks. Aku terombang-ambing antara angkot yang satu dengan angkot lainnya. Tak ada jawaban yang pasti dari mereka tempat aku akan berhenti dan ikut tes. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 14.00 dan aku masih tersesat di jalan. Ampun dah, kagak jadi ikut tes (tesnya jam 14.00, hikss). Kagak bakalan nekat lagi deh. Rugi bandarr jekkk..ckckck.. Mana di Surabaya dapet pandangan penuh rasa kasian dan kenistaan dari sopir-sopir angkot. Hikss.. Hancur ‘image’kuuu T,T</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Yang kedua kali kesasar di Surabaya gara-gara kabur dari tempat kerja. Kagak betah T,T. Akhirnya dengan keberanian yang seupil aku minta berenti ma majikan dan pulang ke malang padahal waktu itu dah sore banget. Apa gak nekat itu, gimana kalau aku di culik dengan cowok ganteng (hihihi,,ini sih ngarep,,). Aku dengan pedenya keluar apartemen dan tanya pada pak satpam buat naek angkot ke bungurasih. Setelah tanya sana-sini akhirnya aku naek angkot juga dan macet bleh?!. Mahasiswa pada unjuk rasa. Ckckck.. Aku yang saat itu lagi derita nestapa tak sadar kalau angkot itu terus jalan ke Sidoarjo. Arrgghh,,ngapain aku ke sidoarjo?!. Kesasar lage T,T. balik lage deh ke Surabaya. Hikss.. Padahal Udah jam 7 malem. Nyampek jam berapa coba kemalang. Untung aja wajah melasQ ini (lho,,kok bangga,,hihihi) membuat sopir angkot dan penumpangnya kasian. Mereka meberikan jalan yang benar ke bungur asih *Makasie banyak. Akhirnya aku bisa pulang kembali ke malang. Fiuhh.. Untung nyampek malang ada orang yang baik hati yang mau jemput aku di Taspen dan mengantarkan aku pulang ke kos (udah malem soalnya dan kemungkinan dah kagak ada angkot). Makasie banyak ma semua kebaikan abang. Udah nganterin aku pas malang lagi dingin-dinginnya dan ngasih aku makan pula. Makasie banyak ya. Aku gak bisa bales apa-apa. Aku cuman bisa berdoa semoga perjuangan cinta abang akan berakhir dengan baik. Aku selalu mendukung abang dan maaf aku sempat mengacaukannya. Aku selalu siap membantu abang. Suwun sanget dan maaf.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;"> </p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Segini dulu ya. Makasie buat semua orang yang membantu aku dan jadi korban kedodolanku ini.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.25in;">Aku mencintai kalian semua. </p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-47922689323277457392010-10-15T05:43:00.002-07:002010-10-15T05:54:32.584-07:00Makna Kecantikan<!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves>false</w:TrackMoves> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Beberapa bulan yang lalu ada cowok yang bilang ke aku, “kamu lho gak cantik blas”. Herannya aq kok biasa aja ya dibilang gitu (nyadar diri hehehe). Padahal dulu aku langsung frustasi dibilang gak cantik,hehehe.So kali ini aq akan menulis tentang makna kecantikan menurutku dan pengalaman-pengalamanku dalam memaknai kecantikan (yang gak banget dan gak boleh ditiru). Sebelumnya aku tuliskan lirik lagu Christina Aguilera judulnya <i style="">Beautiful</i>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;">I am beautiful no matter what they say</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;">Words can’t bring me down</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;">I am beautiful in every single way</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;">Yes, Words can’t bring me down</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;">So don’t you bring me down today</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Seandainya aku tau lagu ini dari zaman aku sd (mungkin sd kelas tiga) saat umurku 9 taun mungkin masa-masa kecilku, masa ABG, remaja dan mungkin dewasa awal, aku gak bakalan tersiksa gara-gara aku gak cantik (lagu beautiful ini adanya taon berapa ya??maklum aku katrok,,hohoo). Aku mulai tau orang cantik dan gak cantik dan pacaran mungkin kelas tiga SD. Gak tau deh benar ato gak pemahamanku saat itu. Yang pasti saat itu aku benar-benar tersiksa saat gak ada orang yang bilang aku cantik. Waktu itu aku punya sahabat yang manis banget umurnya 3 taun diatasku.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Waktu aku kecil mungkin aku punya julukan TIKUNGAN (Tinggi Kurus Cacingan) plus item bangat lagi, jelek banget pokoknya. Sahabatku ini punya tubuh mungil, manis pula.<span style=""> </span>Tingginya sama denganku padahal kita beda 3 taon. Kita selalu bersama saat aku umur 4 taun mungkin jadi dia umur 7 taun. Kita selalu bersama sampek dibilang anak kembar padahal yo beda buanget, dia manis banget. Kita selalu bersama sampek aku umur 14 taun dan dia 17 taun. Setelah itu kita berpisah dan bertemu lagi setelah aku umur 18 taun (mungkin,,lupa) dan kita gak bisa slalu bersama seperti dulu. Nih aku kasih fotoku n dia (foto lama yang ku foto lagi,,maklum dulu gak ada camdig..hihihi).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""><img src="file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg" alt="DSC00403.JPG" width="198" height="264" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">(sahabatQ yang pkek baju merah totol putih,,aku baju putih,kami beda 3 taon, tp dy imut banget,,hihihi :O)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Manis kan sahabatku ini. Kami selalu bersama-sama kemanapun pergi kecuali ke sekolah soalnya dari SD sampai SMA sekolah kita beda. Kami punya kebiasaan <i style="">jogging </i>dan saat jogging itu banyak cowok yang godain sahabatku ini. Yang godain aku??gak ada blaz,,hehehe. Mana ada yang mau godain tiang listrik nan item jelek pula dengan dua gigi gingsulnya. Ckckck..komentar mereka (yang sejauh ini masih aku inget:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Duh,,manisnya. Kenalan donk”</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Nih anak kok manis banget yah, anaknya sapa sih??”</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Selain itu sahabatku ini gampang banget dapet pacar. Hilang satu tumbuh seribu *halah*. Mungkin selain dia cantik, encer pula otaknya. Setiap hari libur dia pacaran ma cowok-cowok ganteng, aku pacaran ma buku-buku. Hehehe.. kami memang punya dunia yang berbeda. Semenjak aku ABG mungkin pas SMP, aku iri banget ma dia. Saat jalan bersamanya mungkin siksaan batin soalnya kan masa-masa itu aku lagi demen-demenya pengen digodain ma cowok ganteng nan mempesona, ihirrr, hehehe. Tapi gak ada *hiksss*. Saat itu aku mengutuk diriku sendiri, kenapa ya aku gak cantik? Kenapa dia cantik? Kenapa gak ada cowok yang naksir aku? Hidup ini gak adil?! (klo tak pikir-pikir sekarang, rugi banget punya pemikiran kayak gitu,ckckck.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Mungkin aku punya kutukukan ya. Masa orang jelek macam diriku ini selalu dikelilingi cewek-cewek cantik yang banyak mempesona banyak pria. Salah satunya dari keluargaku. Bunda itu cantik banget. Kulit putih, tinggi dan cantik banget. Adekku juga gitu, putih, cantik, idung mancung kayak orang arab. Ini foto mereka.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""><img src="file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg" alt="DSC00274.JPG" width="254" height="191" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">( bundaQ cantik kann???emboknya putih,,anake kok item yo,,ckckck)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""><img src="file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.jpg" alt="DSCI0480.JPG" width="224" height="298" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">(beda banget kan aku ma adekQ,,hikss,,cantik banget seh adekQ ini)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""> </span>Hal paling menyakitkan terkait kecantikan adalah saat orang bilang, “kok beda ya anak dengan ibunya?”. Hiksss… Trus saat bareng adekQ. Komentar orang-orang adalah:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Ini siapa?” (sambil nunjuk adekQ)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“adekku”, jawabku</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Adek kandung. Kok beda banget ya??adekmu cantik, manis. Calon jadi cewek cantik”</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Huaah. Setelah mendengar kata-kata sejenis diatas biasanya aku bakalan nangis dan mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku gak cantik? Beneran aku anak bunda? Jangan-jangan aku anak yang diambil dari sampah? (bodohnya pemikiran kayak gini, jangan ditiru). Gara-gara pemikiran kayak gini dulu aku benci banget ma adekku. Iri banget aku. Kenapa dia cantik sedangkan aku buruk rupa. Dulu aku gak mau maen ma adekku, gak mau ngajak jalan dia. Aku merasa inferior saat bareng adekku. Aku merasa Tuhan gak adil?!. Pokoknya saat bareng adekku, “semua mata tertuju padanya”. Fiuh… Maafkan aku adekku,,sekarang gak lagi kok. Lupyu so much :-*.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Pas SMA aku juga deket ma cewek cantik. Manis banget dia, banyak yang naksir dia (maap fotonya gak ada, gak pernah foto bareng ato lupa naroh fotonya dimana, hehehe). Pas kuliah juga aku sahabatan ma cewek cantik nan pintar. Bikin ngiler banyak cowok deh. Saat jalan bareng dia ‘gak pernah’ “nggak ada” cowok yang godain dia. Biyuh,, sampek orang yang punya pasanganpun pada ngelirik dia. Cantik banget dah. Mantap. Mana IPKx sering cumloude lagi. Bikin iri deh. Untungnya pas kuliah aku sudah menganggap “I’m beautiful no matter what they say” hehehehe. Tapi sedikit iri juga sih, *lho,,hihihi*</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""><img src="file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.jpg" alt="DSC00382.JPG" width="380" height="285" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">(dia si cantik memakai baju putih polkadot)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Sekarang aku sadar. Aku cantik kok. Tuhan tau apa yang terbaik buatku. Walau aku biasa ajah (kata halus buat buruk rupa,hihihi ) tapi yang penting aku nyaman. Aku bahagia karena orang-orang disekitarku mencintaiku dan menerima apa adanya. Keluarga mencintaiku dengan tulus, sahabat-sahabat dan teman-teman menyayangiku. Tuhan selalu memberikan anugrah yang tak terkira buatku hingga aku bisa survive sampek sekarang, bisa menjadi sarjana dengan mendapat banyak ilmu, pengalaman dan teman-teman yang luar bisa. Fisikku juga sempurna, tak ada cacat. Thx Allah <span style="font-family: Wingdings;"><span style="">J</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Kalau tak pikir-pikir aku gak tau apa jadinya kalau aku jadi cewek cantik. Mungkin kalau aku jadi cantik aku akan:</p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku akan jadi gila karena banyak cowok yang naksir. Ampun dah hidupQ dipenuhi cowok-cowok yang hanya liat fisik ajah. Padahal buku-bukuQ lebih setia daripada cowok-cowok (lho,,kok curhat???hehehe)</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku gak bisa bebas jalan-jalan sendirian bil ngelamun cz pasti di jalan banyak yang godain (kayaknya aku punya gejala autis, hihihi)</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku pasti bingung milih-milih cowok buat jadi cowokku. Aduh ribet banget, mending baca novel ajah. Hihihi</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku juga pasti bingung nerima tlp n sms dari orang-orang yang naksir. Ampun dah,,gak tenang hidup ini.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku juga bingung ngatur jadwal kencan</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Aku juga pasti jadi capek tiap hari dandan buat ketemu pacar padahal bersi-in kamar aje malez apalagi dandan.hahahaha..</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.25in;"><span style=""><span style="">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span>Bingung buat nolakin cowok. Hahahaha…</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in;"> </p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Oh Tuhan sungguh Maha Adil. Keadaan fisikku ini pasti udah disesuaian ma kepribadianku yang emang gak cocok jadi cewek cantik. Aku paling gak bakalan tahan dan gak bakalan kuat jadi cewek cantik.hahaha.. Aku bangga ma diriku sendiri. I AM BEAUTIFUL NO MATTER WHAT THEY SAY DEH,,hihihi<span style="font-family: Wingdings;"><span style="">J</span></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><span style=""><img src="file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg" alt="DSC00787.JPG" width="245" height="327" /></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">(gue cantik kan???hohoho)</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"> </p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 5in;">15 Oktober 2010</p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 4.5in; text-indent: 0.5in;">Arumaniz</p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-41084311158139919602010-09-04T07:15:00.001-07:002010-09-04T10:21:41.626-07:00Panggil Aq "Adek"Mungkin buat sebagian orang atau banyak orang panggilan "adek" itu sesuatu yang biasa, tapi bagiQ panggilan adek itu sangat-sangat spesial. Apa mungkin karna aq anak sulung yang merindukan kasih sayang seorang kakak ya (cie,,,). Sumpah aq iri banget ma temen2 yang punya kakak. Bisa curhat-curhatan, dianterin kemana-kemana, di belaian, dimanja dan disayang-sayang. Haduh,,mupeng berat T,T. Ne orang-orang spesial yang manggil aq adek:<br /><ol><li>MbakQ tercinta (mbk laen bpk,laen ibu) tapi mbk gadis ini dah kayak mbkQ sendiri. Mbk Gadis slalu curhat ke aq dan pernah bilang "Cuma dek arum aja yang aq percaya,,aq gak pernah cerita n nangis ke orang laen". Biyuh terharu. Pernah suatu hari mbk gadis ke koas tapi gak nginep,,pas pulang mbk gadis meluk aq n nangis sambil bilang "maaf ya dek arum gak bisa lama2". Haduh aq merasa dapet pelukan dari orang yang sayang ma qt itu nyaman banget,,rasa sayangnya tersalurkan,,aq pek nangis2 gak jelas..Mbk Gadis, aq sayang bange ma mbk^^. Maaf aq gak bisa jadi adek yang baek, padahal mbk selalu bantuin arum, slalu ada saat arum butuh bantuan dan ga pernah mengeluh ma kebodohan-kebodohanQ. Maaf kalau aq selalu ngerepotin. T,T</li><li>orang kedua yang spesial dia adalah Mz Bek. Pas sms, ketemu, telpon dia slalu manggil aq dek arum,,haduh seneng banget. Mz Bek itu baek banget aq pek jatuh cinta selama 3 tahun.. Haduh sayang sekarang Mz Bek udah nikah *patah hati*</li><li>Orang ketiga adalah bang kikik. Aq kangen abang bilang "adekQ sayang" truz "iya,,iya,, sayangQ". Abang kmn??kangen...hiks</li></ol>hmmmmmm,,pengen punya kakak.<br />sekarang mereka pada punya hidup dewe2,,aq pun juga harus menata hidupQ. Gak boleh manja arum. Jadilah perempuan dewasa. Go arum^^arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-81286731640982074592010-07-29T12:18:00.000-07:002010-07-29T12:23:24.671-07:00Aku dan Krisis Eksistensi<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;" align="center"><b style="">Aku dan Krisis Eksistensi<o:p></o:p></b></p> <div style=""> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0" hspace="0" vspace="0"> <tbody><tr> <td style="padding: 0in;" align="left" valign="top"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 46.3pt; page-break-after: avoid; vertical-align: baseline;"><span style="font-size: 61pt;">N<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">e berawal dari sms teman lama yang muncul tiba-tiba (ne anak emang ajaib suka datang dan pergi sak udelle dewe *cling). Tiba-tiba pada suatu waktu ada sms “Rum, kamu lagi mengalami krisis eksistensi ya”. Yah aq yang diberi judgment kayak gitu bingung jadinya. Ne anak yang datang tak dijemput dan pulang tak diantar (emang jalangkung) tiba-tiba sms kayak gitu. Qt panggil dy mz Jay aje ye..hwehehe</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">OtakQ yang setara dengan dengan computer Celeron ini gak pernah tau apa itu krisis eksistensi????????. Busyet dah penasaran banget ma artinya. Tu anak ku tanyak apa artinya krisis eksistensi malah jawab (klo gak salah) jawabannya dibawah ini:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“ Butuh waktu yang tepat untuk memberi tau artinya”(KomenQ: ceile emang mau lamaran apa,ckckc)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Tanyao ma cow mu, dia kan pinter” (KomenQ: sayang cowokQ sekarang dah kabur,,hahahahiks)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Pikir donk,kapan mw pinter kalo gitu” (KomenQ: sayang banget ada yang lebih butuh pemikiranku dari pada kudu mikirin arti krisis eksistensi *sok-sok-an)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Tapi sumpah aq bener-bener penasaran ma arti krisis eksistensi. Q sms deh smw temen-temenQ dank u tanyakan juga ma temen2Q. dan apa hasilnya sodara-sodara jawaban mereka:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Apa itu rum? Baru dengar aku”, kata mbk kosQ (jiaah,,ternyata aq bukan orang bego sendirian,mehehe)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Gak tauuuuuuuuuuu”, ne komen dari banyak temen2Q</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Aq tetep usaha dong nyari artinya. Truz aq sms aja temenQ yag kul jur pendidikan bahasa Indonesia. Dan apa jawaban darinya:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Ya ampun rum, kok temenmu gitu. Itu artinya kamu udah gak payu lagi” (jiah…langsunglah aq protes ma mz jay). Dan jawaban mz jay adalah:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">“Doh salah, suruh belajar lagi tuh temenmu” (ckckckc,,ne cow emang iblis, hihihi).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Dan setelah itu aq selalu di bilang si krisis eksistensi. Kurang azar bener. Pengen aq buatin boneka voodoo n q santet dy byar ngaku apa arti krisis eksistensi. Untung aja keimananQ menahanku buat melakukan itu. Mehehehe^^</p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Beberapa minggu berlalu dan aq mulai melupakan arti itu dan sekaligus melupakan temenQ itu yang sudah menghilang lagi kembali ke teko ajaib aladin (emang jinx aladin, mehehehe). Karna gak bisa tidur Q browsing di mba goggle dan dibawah ini hasilnya:</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in;"><i style="">Krisis Eksistensi<br />Implikasi dari proses sekularisasi kehidupan tersebut adalah lahirnya krisis<br />kemanusiaan global. Manusia memang mampu mencapai impianya melalaui kemajuan<br />ilmu dan teknologi.<br />Tetapi manusia modern mengalami apa yang disebut krisis eksistensi dirinya<br />sebagai manusia.<br />Di tengah hingar bingar kemajuan mesin teknologi, ia merasa asing dengan dirinya<br />sendiri. Ia merasa kehilangan makna hidup, apa yang dicapai seolah-olah tak<br />berarti apa-apa. Jadi dirinya terkeping-keping dalam seribu satu serpihan yang<br />bersifat organis. Dengan kata lain, manusia menjadi lebih dungu ketimbang<br />makhluk primitive manapun dalam hal menaklukkan dirinya. (<a href="http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/57189">http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/57189</a>) <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Huah jadi itu artinya,,dan komenQ adalah</p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->Aku gak asing dengan diriQ sendiri. I proud with my self. *aq heran mz jay kn dah lama menghilang kok dy bisa sok-sok-an bilang klo aq asing dengan diriQ sendiri. Lek aq asing dengan cow jepang sih iya^^</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->Aku gak pernah kehilangan makna hidup dan aq menghargai apa yang aku capai saat ini walupun aku masih belum puas dengan apa yang akku capai saat ini. Aku kan berusaha untuk jadi yang lebih baik dari saat ini. I want to be psikolog. Sekali lagi aq bilang, aq bangga dengan diriQ sendiri.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style=""><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->Aq emang bodoh sih, tapi masa aku lebih dungu dari makhluk primitive. Ckckc kejam.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Ne krisis eksistensi berdasarkan di salah satu blog:</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><i style="">Krisis Eksistensi. Saya terlalu keras nampaknya untuk mencari sebuah eksistensi dan takut akan kehilangan anggapan dari orang lain. Ingin menjadi yang utama, diperhatikan dan sejenisnya. Ternyata karena saya sempat mengalami krisis eksistensi. APa itu tuntutan lingkungan sekitar? Tidak. Apa itu tuntutan sahabat? Tidak. Apa itu tuntutan pekerjaan? Tidak juga. Saya sendiri tidak tahu karena apa. Yang saya tahu saya tidak mendapatkan kepuasan ketika saya menjadi “orang lain”, ketika saya menjadi seru dan ketika saya menjadi “berisik”. Saya tilik2 lagi, itu bukanlah saya. Dan saya menyesal karena krisis itu membuat saya menjadi orang lain yang berkarakter keras seperti telur yang direbus didalam air mendidih. (<a href="http://mumble17.wordpress.com/2010/01/06/krisis-eksistensi/">http://mumble17.wordpress.com/2010/01/06/krisis-eksistensi/</a>) <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><i style=""><o:p> </o:p></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">Pertanyaan buat mz jay dimanapun kau berada (padahal aq tau kau berada di kota ituuuuuuuu) dari mana kamu bisa menyimpulkan klo aq mengalami krisis eksistensi biar aq bisa memperbaiki diri jadi lebih baik^^. Thx buat masukannya wlo sampai saat ini kau masih tutup mulut. Sial?! (ups sorry^^).</p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: 0.5in;"><o:p> </o:p></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-7783845994394637852010-07-28T07:48:00.000-07:002010-07-28T08:44:48.568-07:00kisah skripsiQPerjalanan skripsiQ sungguh tak mudah. Penuh air mata dan berdarah-darah, merobek-robek dan mematahkan hatiQ *berlebihan,,hehehe.Kronologisnya aq jelasin dibawah ini:<br />1. ganti judul 3 kali.<br />-Yang pertama aq pengen banget neliti tentang hubungan interpersonal hetereseksual (baca: pacaran) remaja tuna rungu. Aq pengen neliti ini cz pengen liat gimana sih cara mereka melakukan pendekatan, nembak bahkan pacaran dan mempertahankan hubungan, penelitian ini kualitatif. Apakah ada perbedaan ato gak dengan remaja yang dlam hal ini memiliki 'fisik yang normal'. Aq pengen neliti ini cz aq punya saudara yang tuna rungu dan dia pernah curhat klo dia udah punya pacara*walaupun saat curhat aq cuman ngerti 30% aje,,hehehe..maap bang..Tapi sayang pembimbingQ kurang setuju.hiks<br /><br />-Yang kedua, aku pengen neliti tentang psikoseksual dan tetep pada remaja. Yang pengen aq teliti adalah bagaimana pola kemunikasi tentang pengetahuan seksual dihubungkan dengan pengetahuan remaja tentang seks mereka. Aq pengen neliti ini soalnya Pengetahuan seks remaja sungguh luar biasa, tp dari mana mereka tau tentang seks itu dan bagaimana pengetahuan seks. Dan ternyata judul ini sudah ada yang make dan itu kakak tingkat angkatan tahun 2004.biyuh ganti lagi deh.<br /><br />-yang ketiga ini baru di setujui tentang ketakutan sukses (fear of success) pada wanita yang bekerja dihubungkan dengan konsep gender. DosenQ langsung Acc lho,,tp penderitaan baru akan dimulai...cekiot<br /><br />2. Peratama dosenQ setuju (pas proposal) klo sampel penelitiannya karyawan PNS di dinas-dinas pemerintahan di Situbondo *ya sekalian aq pulang kampung truz penelitian,hihi*<br />tapi apa yang terjadi sodara-sodara..Pas skripsi dosen nyuruh neliti dosen aja cz cocok dengan tema skripsiQ,,waduh,,<br /><br />3. Penderitaan yang sesungguhnya adalah pas ngurus surat ijin..Oh birokrasi sungguh ruwet. I hate birokrasi so much. gimana g,pas buat surat aja aq tukaran plus ngotot-ngototan ma petugasnya. Petugasnya galak man kayak lagi PMS.Busyet dah. Pulang dari sana Aq langsung mewek dah di pojokan kamar pengen bunuh diri, tp untung gak jadi cz tali buat gantung diri terbuat dari permen abiz deh aq makan.hehe..<br /><br />4. Setelah perjuangan mendapat surat ijin akhirnya surat ijin di tangan dan aku turlap bwt try out, tp bwt mendapatkan 30 dosen wanita susahnya setengah idup,,biyuh..untung akhirnya dapt juga^^<br /><br />5. Turlap ke 2 bwt penelitian yang sesungguhnya lebih susah lagi...Aq harus menemui dekan tiap fakultas atau menemui dosen satu-satu..Work hard bgt dah..biyuh. tapi aq bisa bertemu dengan dekan-dekan semua fakultas. Pas mw ketemu dekan Fakultas S aku dimarahi (atau wajah bapakx emg syerem ya,,hiyy). kan ceritanya Amplop surat ijinQ itu gak ada nama tujuan untuk siapa gitu. truz<br />bapak dekan bilang:"Km tau gak klo amplop surat gak ada alamt tujuannya itu namanya apa?"<br />Aq jawab aja dengan wajah bloon:"gak tau pak"<br />Pak Dekan:"lho gak pernah dipelajari ya"<br />Aq:"gak pak"<br />Pak dekan:"Pas SMA dulu gmn?"<br />Aq hanya diam tp dalam hati berkata:"lha wong pas SMA dulu aq ikut pelajaran bahasa Indonesia di kantin kok" *bandel hehehe<br />Pak dekan dengan wajah sedingin es berkata:"ITU NAMANYA SURAT BUTA"<br />dalam hatiQ tanpa ada rasa bersalah: "oh" *bandel,hehehe<br /><br />3. setelah dua bulan turlap, mendapat semangat, dukungan dari dosen. dapat masukan yang sangat berati dari dosen bahkan sempat bercanda-canda dengan dosen responden skripsiQ selesai turlap. senangnya..Banyak teman yang membantu buat nyebarin angketQ. Bahkan salah satu responden adalah profesor yang sering menjadi pengisi seminar gender bahkan sampai ke Jepang.Terimakasih untuk ilmu dan motivasinya bu^^<br /><br />4. Akhirnya aku bisa nylesain sampai BAB Penutup..Senangnya^^<br /><br />Makasih banyak untuk dosen wanita sebagai responden, teman diskusi, ibu yang membimbing dan memberi masukan serta sebagai motivator untuk selsainya skripsi saya. Hanya terimakasih yang bisa saya berikan.<br />Untuk teman-teman yang memberi semangat saat aq bener-bener terpuruk, yang membantu nyebarin angketku serta jadi temen diskusiQ,,makasih banyak kawan,,i love u all^^<br />Skripsi ini tak akan selesai tanpa seizin ALLAH SWT bantuan dosen pembimbing, dosen sebagai responden serta teman-teman semnua..Arigatou Gozaymaz<br /><br />tinggal selangkah lagi,,aq akan sidang skripsi beberapa minggu lagi,,moga berjalan dengan lancar dan dapat nilai yang memuaskan.<br />Amin moga dapet A.hehehe ^^arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-90640565838296946122010-07-27T19:18:00.000-07:002010-07-27T19:53:47.945-07:00kisah cintaQ<span style="font-family: lucida grande;"> Akhir ini aku kok melankolis gini ya. Cinta-cintaan mulu yang ada diotak. Mana lagu yang diputerin di radio isinya pada janjian tentang cintaaa..biyuh, pengen gantung diri jadinya pake mie,,sluruput..hehehe so karna itu skr aliran musikQ jadi berubah dangdut,,tarik mang..hihi<br /> Hal yang paling menyakitkan adalah semua orang yang pernah mengisi hatiQ pada punya pasangan hidup semua..huah..sakit hatiQ..SAKIT..<br />1. cinta pertamaQ pas SMP sekarang udah g da kabar lagi,,aq add pesbukx,,eh gak di confirm pek skarang..busyet sombong amat kau boy,,mana fotox gede banget backgroundnya tap fotox sendiri segede upil so kalo mw liat dia harus peke mikroskop dulu.kangen kamu sayang.mehehehe.<br /><br />2. cinta pas SMA pas kelas satu. biuyuh cowok kulkas atu ini tetap aja sedingin es,,hiy..kemarin pas ketemu ndek terminal arjosari ganteng banget. Seniman satu ini emang top banget dah^^<br /><br />3. Cinta pas SMA kelas 2. dia udah tunangan,,hua nyebellin mana cewx lebih cantik lagi (nulis ini sambil ngaca n baru menyadari kalo gak cantik aq ini ^^). Selamat ya bang,,bagi duit dong ente kan dah sukses di kota itu.hihihi..<br /><br />4. Cinta pas kul smster 3..Dia cow paling sibuk seduan,masa bwt kekos aja kudu janjian seminggu sebelumnya truz klo udah di kos gak lebih dari 30 menit.. Tapi aq cinta,,hehehe. dan sekarang dia udah punya pacar..fiuh sedangkan aq "i'm single n acting happy" T,T<br /><br />5. cinta Q pas kul semster akhir,,dy meninggalkan aku sodara-sodara setelah qt sudah sama-sama dekat dan memahami kebiasaan dan kekurangan qt masing-masing..dy ilang gitu aja kayak hantu*cling..Sekarang aq gak tau dya sedang apa, amakan apa, dengan siapa. hiks..Sebenere dia ninggalin aq karna gak mauy hianati tmne yang cinta mati ma aq (GR,,hihi) padahal temene itu bener-bener deh,,bener-bener gila,hihi..Aq menunggumu sayang..^^<br /><br />yah mudah-mudahan q bakalan cinta baru lagi^^ selalu berharap mencintai dan dicintai lage...<br /></span>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-61748268142840835512010-06-15T20:47:00.000-07:002010-06-15T21:20:19.090-07:00Udah tau g boleh ditonton, tp teteup ditonton..Video porno mirip artis lagi marak di berbagai media massa. Sampek bosen deh ngeliatnya beritanya. Gimana gak bikin penasaran buat nonton tuh video, lha wong diberitakan tiap hari. So jadilah aq n kawan2 yang masih remaja labil ini mencari tuh video dan salah satu dari kami mendapatkannya, tau deh dari mana tuh anak dapetinnya.hehe.. Nontonlah kita berama-ramai di rumahQ *nekat bo'.<br /> Ya ampyun ternyata adegannya emang ga pantes ditonton anak belum cukup umur kayak kita2 *hehe..Udah tau g boleh di tonton, tp teteup ae di tonton,,dasar dodol.. Dari sekian orang yang nonton tuh video banyak yang memberi komentar.<br />"Ya, ampun,sapa ya yang nyebarin?"<br />"mereka syok gak ya ngeliat video mereka sendiri tersebar gitu?"<br />"Kasian,gimana nasib keartisan mereka ya?"<br /><br /> Pas di acara infotainment di tampilkan tentang pendapat masyarakat tentang video prno itu yang mengecam pelaku, salah satu temenQ berkata:<br />"Ya ampyun bu', bersyukurlah ibu terlahir dari keluarga baik-baik dan menjadi orang baik2, cobalah ibu memahami apa yang mereka rasakan,pernahkah ibu mencoba merasakan apabila ibu berada di posisi mereka?"<br /><br />hm..so apa yang bisa kita lakukan untuk menanggapi penyebaran video porno tersebut tentunya tanpa menghakimi orang lain...arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-74482883934976064012009-05-09T15:59:00.000-07:002009-05-09T16:07:28.010-07:00CBT untuk depresi pada caleg<p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Pada awalnya terapis melakuan pengukuran terhadap depresi mayor yang dialami pleh caleg, yaitu:</span></span></p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Identifikasi, identifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku maladaptive pada caleg. </span></span> </p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Klasifikasi, mengklasifikasikan perilaku yang adaptif dan maladaptive pada perilaku caleg</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Prediksi, prediksi dilakukan terutama terkait dengan kontrol yang bersifat terapiutik untuk munculnya perilaku adaptif.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Spesifikasi, spesifikasi digunakan untuk menentukan tujuan dari terapi yaitu mengurangi tingkat depresi yang dialami oleh caleg</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Evaluasi, evaluasi dengan melihat bagaimana hasil yang diperoleh setelah terapi diberikan </span></span> </p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Teknik yang digunakan dalam CBT ada beberapa fase, antara lain:</span></span></p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Fase 1: Observasi Diri</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Caleg diminta untuk mengobservasi perilakunya dan cara pikirnya yang membuatnya menjadi depresi. Caleg diminta untuk melihat perilaku-perilaku, perasaan dan kognisinya setelah pemilu yang ternya mereka gagal untuk memperoleh suara.</span></span></p> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Fase 2: Memulai dialog internal yang baru</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Setelah melakukan observasi diri, klien diminta untuk menanyakan pada diri sendiri, apakah dengan menjadi depresi yaitu dengan mengurung diri dikamar, menjadi tertutup serta melakukan percobaan bunuh diri akan mempengaruhi hasil pemilu?. Apakah dengan memikirkan hal-hal yang negative saja akan mengubah keadaan menjadi baik?. Atau apakah dengan bunuh diri hutang-hutang yang dimilikinya akan terlunasi?. Kalau dirinya bunuh diri lalu siapakah yang bertanggung jawab?. Lalu bisakah mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi?. </span></span> </p> <ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Fase 3: Mempelajari keterampilan baru</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"></p><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"></p><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"></p><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"></p><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Terapis memberi kesempatan pada caleg untuk memperoleh keterampilan baru dalam coping stress, yaitu dengan menerima kenyataan yang ada, bahwa harapan-harapan tidak harus tercapai ada yang lebih berkuasa dalam pemenuhan harapan tersebut. Caleg juga diminta untuk berperilaku yang lebih adaptif dengan mulai bekerja keras untuk melunasi hutang yang ada.</span></span><br /><br /></p><p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Cognitive Behavior Therapy bukanlah satu-satunya psikoterapi yang efektif untuk mengatasi depresi mayor khususnya di Indonesia. Psikoterapi lain yang efektif digunakan untuk mengurangi penderitaan pasien yang mengalami depresi adalah:</span></span></p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Terapi kelompok</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Terapi kelompok dirasa menjadi psikoterapi yang efektif karena pada hakekatnya Indonesia menganut system yang mementingkan kelompok. Penyebab depresi mungkin juga disebabkan rasa malu pada lingkungan sosial bahwa dirinya gagal mencapai harapan-harapannya yang akan membuat pencitraan diri yang negative. Dengan adanya terapi kelompok, individu yang bersangkuatn akan merasa bahwa tidak hanya dirinyalah yang mengalami depresi. Ada juga orang lain yang bernasib sama dengannya sehingga mereka dapat bersama-sama saling membantu mengatasi depresinya.</span></span></p> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Terapi keluarga</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Terapi keluarga juga penting karena dukungan keluarga dapat membantu penyembuhan depresi. Tuntutan keluarga yang tinggi atas harapan-harapan yang overestimate dapat menyebabkan depresi pada klien. Keluarga diminta untuk tidak terlalu menekan klien jusru keluarga diminta untuk mendukung kesembuhan klien dengan member kasih sayah tanpa pamrih.</span></span></p> <ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Farmakoterapi </span></span> </p> </li></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Farmakoterapi mungkin juga diperlukan dalam penangan depresi mayor yaitu dengan memberikan obat antidepresan. Farmakoterapi diperlukan apabila untuk sesuatu yang mendesak misalnya klien benar-benar mengalami keterpurukan yang menyebabkan dirinya menjadi ingin bunuh diri.</span></span></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-36393518129609101912009-05-09T15:49:00.000-07:002009-05-09T15:56:54.103-07:00depresi mayor pada caleg<p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Politik menurut Aristoteles adalah seni untuk mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan kekuasaan demi kepentingan kelompok. Namun pada praktiknya adanya kecendrungan kekuasaan itu ditujukan hanya untuk kepentingan pribadi politikus. Untuk mempengaruhi orang lain seorang politikus atau lebih tepatnya calon politikus selayaknnya memiliki konsep diri yang tinggi serta ego strength yang cukup kuat untuk dapat mempengaruhi orang lain tersebut, bukannya dirinya sendiri yang jatuh dalam jurang hitam keterpurukan akibat buta dengan kekuasaan.</span></span></p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Calon politikus di Indonesia dikenal dengan sebutan calon legeslatif. Calon legeslatif dipilih dari perwakilan tiap partai dan sering terjadi pemilihan caleg tersebut dilakukan dengan tidak semestinya misalnya hanya mengandalkan kepopuleran caleg (dalam hal ini artis). Partai sering kali tidak melakukan seleksi dalam pemilihan caleg yang akan diajukan dalam Pemilu (pemilihan umum). Pernahkan terpikirkan oleh partai politik akan kerentanan gangguan psikologis yang akan dialami caleg saat tidak terpilih menjadi anggota dewan?. Atau pernahkah terpikirkan oleh partai politik apakah caleg yang mereka calonkan itu memiliki stabilitas emosi yang cukup memadai untuk menirima apapun hasil dari pemilu?. </span></span> </p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Depresi pada caleg bukanlah hal yang luar biasa setelah Pemilu. Pemerintah yang berhubungan dengan kesehatan jiwa sudah memprediksi akan adanya caleg yang mengalami depresi. RSJ menyiapkan sejumlah psikiater dan psikolog bahkan kamar VIP di RSJ untuk menampung caleg yang depresi. Bahkan banyak tulisan-tulisan tentang kecendrungan caleg yang depresi setelah Pemilu. Dibawah ini akan dipaparkan fakta tentang caleg yang mengalami depresi serta dicoba untuk dianalisis.</span></span></p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Fakta-fakta caleg yang mengalami depresi</span></span></p> </li></ol> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar, Jawa Barat, Srihayati, 23, ditemukan tewas gantung diri sekitar pukul 07.30 WIB Selasa(14/4).Ibu muda yang mencalonkan diri untuk daerah pemilihan (dapil) I Kota Banjar dengan nomor urut 8 itu ditemukan tewas di sebuah saung bambu di Dusun Limusnunggal RT01/01, Desa Bangunjaya,Kecamata n Langkaplancar, Kabupaten Ciamis.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Pahala Sianipar ditemukan tewas di kediamannya, Senin (19/04) malam. Ia tewas bunuh diri akibat menenggak obat pembasmi serangga di dalam kamarnya. Di kediamannya Jalan Pintu Air, Kecamatan Medan Kota.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Seorang calon legislator daerah pemilihan Tangerang, di perumahan elit Alam Sutera Kunciran, stres dan marah-marah karena kalah dalam pemilu legislatif 9 April lalu.Sekitar pukul 17.00 WIB (9/4) saat penghitungan suara dilakukan, seorang pria (40) yang merupakan caleg dari partai tertentu, terlihat frustasi saat mengatahui kalah dalam perolehan suara. Dia merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Salah seorang caleg Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) dari Bulukumba; Andi Langade Karaeng Mappangille Minggu (12/4) bersama tim suksesnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang 3 km. Tindakan tersebut diduga akibat perolehan suaranya yang tidak mencukupi menjadi caleg terpilih.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Seorang caleg di Cirebon, Jawa Barat, kini sering melamun dan mengurung diri. Nasib ini menimpa Iwan Setiawan, caleg Partai Patriot asal Kabupaten Kuningan. Apa yang dialami Iwan ini bisa jadi hanya satu dari banyak kasus yang bakal terjadi. Setelah mengetahui hasil penghitungan suara tidak sesuai harapan, pria berusia 29 tahun ini mendadak menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Keluarganya menduga, perilaku Iwan Setiawan terjadi karena kekalahannya dalam pemilu 9 April lalu. Iwan Setiawan memang telah menghabiskan uang yang banyak untuk kampanye. Setidaknya Rp 300 juta ludes dibayarkan.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 100%;" align="justify"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Di Kalimantan Tengah muncul dua caleg dan tiga simpatisan partai yang mengalami tekanan psikis. Dua dari lima orang itu mengalami gangguan jiwa ringan atau stres, seorang gangguan jiwa sedang atau depresi. Dua lainnya mengalami gangguan jiwa berat: terus mengoceh, murung, serta tak mau makan serta Minum. Kelimanya kini dirawat di Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Kalawa Atei, Kalteng.</span></span></p> </li></ol> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Analisis </span></span> </p> </li></ol> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Perilaku depresi yang dilakukan oleh caleg yang termasuk dalam ciri-ciri depresi mayor antara lain:</span></span></p> </li></ul> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Adanya keinginan bunuh diri baik yang belum dilaksanakan maupun yang telah terlaksana. Pada fakta diatas caleg dari Jawa Barat melakukan bunuh diri dengan gantung diri satu minggu setalah pemilu dan caleg dari Medan melakukan bunuh diri dengan meminum racun serangga.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Caleg tidak bisa berpikiran jernih dalam menerima hasil dari pemilu, yaitu caleg dari Tanggerang menjadi frustasi dengan merangkak di pinggir jalan dan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Penurunan kesenangan pada minat yaitu terjadi pada iwan setiawan yang menjadi pendiam dan mengurung dalam kamar.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Mood yang depresi yaitu terjadi pada caleg Kalimantan tengah yang terus mengoceh.</span></span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Penurunan berat badan karena tidak ada minat dalam makan dan minum.</span></span></p> </li></ol> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Penyebab perilaku depresi pada caleg</span></span></p> </li></ul> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Faktor sosial-lingkungan</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Depresi mayor pada caleg disebabkan oleh kenyataan bahwa dirinya tidak memperoleh suara yang cukup sebagai persyaratan menjadi anggota dewan. Kenyataan yang lebih rumit adalah, caleg sudah banyak berkorban untuk memperoleh suara tersebut terutama dalam hal financial cost. Caleg sudah mengeluarkan dana yang cukup besar kurang lebih 200 juta, tetapi caleg tersebut gagal menjadi anggota dewan. Ditambah lagi dana yang dikeluarkan tersebut hasil dari hutang atau menggadaikan perabot rumah. Kondisi ini peristiwa hidup yang sangat menekan pada diri caleg yang akibatnya menderita depresi mayor.</span></span></p> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Faktor behavioral</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Faktor behavioral yang menjadikan caleg depresi adalah kurangnnya reinforcement dari orang-orang yang dianggapnya akan memilihnya. Kenyataan bahwa pemilih yang dianggapnya akan memilihnya ternyata tidak memilihnya tentunya akan membuatnya menjadi depresi mayor.</span></span></p> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Interaksi negative dari keluarga terutama keluarga yeng memiliki EE (Express Emotion) yang tinggi dapat menambah depresi pada caleg. Keluarga yang dengan tegas menyatakan kekecewaan serta tuntutan keluarga agar individu tersebut menjadi anggota dewan dapat membuat caleg menjadi depresi setelah mengetahui hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. </span></span> </p> <ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Faktor emosional kognitif</span></span></p> </li></ol> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Melihat dari teori psikoanalisis depresi pada disebabkan oleh kemarahan yang diarahkan kedalam dirinya yang mana dia gagal dalam pemilihan. Narsistik berperan dalam depresi yang dialami, karena pada awalnya caleg cukup yakin dan percaya diri apalagi ditambah dengan kampanye yang dilakukan, namun pada kenyataannya dia tidak terpilihlah yang menyebabkan self esteemnya menjadi jatuh dan akibatnya adalah depresi.</span></span></p> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Caleg yang depresi mengalami kesulitan dalam melakukan coping stress. Kepercayaan diri yang tinggi pada caleg membuatnya menjadi overestimate sehinga tidak ada antisipasi tentang kegagalan yang mungkin saja terjadi. Hal ini menyebabkan caleg tiadak siap dan tidak cukup mampu melakukan coping stress.</span></span></p> <p style="margin-left: 2.54cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"> <span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Tujuan hidup caleg dalam mencalonkan diri menjadi anggota dewan tersebut yang hanya untuk kepentingannya sendirilah yang mungkin menjadi penyebab depresi. Tujuan hidup yang hanya untuk kepentingan diri sendiri dampaknya juga akan menyerang dirinya sendiri dalam bentuk tekanan peristiwa kegagalan yang menimpanya.</span></span></p> <dl><dl><dl><dd> <table border="1" border cellpadding="7" cellspacing="0" width="498" style="color:#000000;"> <col width="27"> <col width="135"> <col width="292"> <tbody><tr valign="top"> <td width="27"> <p align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;"><b>No. </b></span></span> </p> </td> <td colspan="2" width="441"> <p align="center" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;"><b>Segitiga kognitif depresi</b></span></span></p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="27"> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">1. </span></span> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">2.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">3.</span></span></p> </td> <td width="135"> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Pandangan negative tentang diri sendiri</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Pendangan negative tentang lingkungan</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /> </p> <p align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Pandangan negative tentang masa depan</span></span></p> </td> <td width="292"> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Calibri, Century Gothic, sans-serif;"><span style="font-size: 11pt;font-size:85%;" ><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Setelah pemilu caleg merasa tidak berhargakarena gagal dalam pemerolehan suara di pemilu</span></span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Memandang lingkungan sudah berhianat dengan dirinya karena caleg telah berkorban (dalam bentuk financial)namun tetap tidak terpilih</span></span></p> <p align="justify" lang="en-US"><span style="font-family:Times New Roman, serif;"><span style="font-size:100%;">Setelah tidak terpilihnya menjadi anggota dewan membuat dirinya tidak punya lagi masa depan yang akibatnya caleg melakukan tindak bunuh diri.</span></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl></dl></dl> <p style="margin-left: 2.54cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify" lang="en-US"><br /></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-32654088360069705812009-03-28T17:54:00.000-07:002009-03-28T17:59:26.174-07:00Sexuality<p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify">Aku sering bertanya kenapa sex hanya dilakuakn beberapa menit itu bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Aku pernah dengar dari dkter Boyke, kalo satelah melakukan hubungan seksual dan mengalamai orgasme, maka otak akan menghasilkan enzim endorphin, efeknya adalah akan membuat orang senang. Disisi lain karena kebutuhan seksual tersebut bisa-bisa orang akan melakukan krimunalitas, misalnya pemerkosaan, sodomi, dll. Aku sering bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu. Apa sih yang sebenarnya terjadi dibalik seksualitas itu?</p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify">Aku menemukan jawabannya saat mengikuti kuliah psikologi dalam. Ternyata hubungan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa pada hakikatnya mendampakan kenikmatan saat mereka berada dalam kandungan. Jadi seks itu merupakan representasi simbolik menyatu dengan ibu. Laki-laki menaruh penisnya disimbolkan sebagai anak yang kembali kedalam rahim ibu sedangakan perempuan mencapai kepuasan dengan merepresentasikan dirinya menjadi bayi dalam rahim ibu. Intinya setiap kenikmatan merupakan tujuan akhir untuk menghidupkan kembali kenikmatan dalam kandungan yang hilang saat kelahiran. Jadi, gak salah akalu emang sering kali banyak orang yang melakukan segala cara baik legal amupun illegal untuk mendapatkan seks karena sebenarnya manusia merindukan keadaan saat dalam kandungan yang merupankan “surga” karena disana segaala kenikmatan diperoleh</p> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm;" align="justify"><br /></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-10233829838725504752009-03-05T02:35:00.000-08:002009-03-05T02:46:05.743-08:00mencintai itu seharusnya to letting goSeringkali kita mengatakan mencintai seseorang, tapi perilaku kita mengekang orang yang kita cintai untuk bergaul dengan orang lain. Apakah itu sebenar-benarnya cinta?. Bukannya kalu kita mencintai seseorang, maka kita harsu sepenuhnya mempercayai dia?<br />saat mata kuliah psikoterapi, saya mendapat informasi tentang cinta. Cinta seharusnya itu to letting go. Jadi kita tidak boleh mengintimidasi orang yang kita cintai. Biarkanlah semua berjalan apa adanya. Mengalir seperti air. Biarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan melakukan apa yang dia suka, tentunya kita bisa mengingatkan kalau dia berbuat salah, tapi tidak dengan memaksakan kehendak kita.<br />saat kita memaksakan kemauan kita pada orang yang kita cintai, sebenarnya kita bukan mencintai, tapi kita ingin dicintai. Kita menginginkan cinta, dan berharap sepenuhnya memilikinya, padahal dia bukanlah milik kita. sebenarnya saat kita dengan tulus mencintai kita sebenarnya juga akan mendapatkan cinta yang tulus juga. so jangan takut untuk mencintai, karena dengan mencintai, otomatis kita akan dicintai. dengan siapapun ituarum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-89686340698134681542009-03-05T02:20:00.000-08:002009-03-05T02:33:43.761-08:00kita hanya memfungsikan otak 20%Saat kita merasa stress dengan beban kerja ataupun beban belajar, sering kali kiat merasa depresi. Bahkan seringkali kita menghindari pekerjaan yang membuat kita stress, padahal dengan kita stress (dalam artian kadar stress dengan taraf normal) sebenarnya kita memacu semua kemampuan kita untuk segera menyelesaikannya dan akhirnya kita akan semakin produktif.<br />Saat kita diberikan kewajiban untuk mengerjakan sesuatu, seringkali kita merasa tidak mampu. Padahal Tuhan memberikan kiita anugrah otak yang luar biasa yang mempu untuk menyerap berjuta-juat informasi dan berpikir. tahukah, sebenarnya manusia hanya memfungsikan otaknya maksimal 20% saja?. so bagaimana dengan kemampuan otak kita yang 80 %?<br />jadi gak ada alasan buat kita merasa tidak mampu. sebenarnya kita mampu, hanya saja kita males buat melakukan itu. optimalkan kemampuan kita semua. kita pasti bisa. SEMANGADarum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-48610891547492912202009-02-04T16:22:00.000-08:002009-02-04T16:23:59.125-08:00narsis<p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Kata narsis mungkin seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari buat orang-orang yang suka banget di foto atau orang yang sering bilang “Aku cantik ya”. Mungkin bisa dibilang narsi itu mencintai diri sendiri. Secara ilmiah narsis disebut sebgai narsistik. Lalu, apakah narsis itu normal?. Bagaimanakah sejarah narsih itu?. Bagaimana tinjauan psikologi tentang narsis?</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Sekarang kita mulai dari sejarah tentang adanya kata narsis. Alkisah (cie…), menurut salah satu mitologi Yunani, ada seorang pria bernama Narkissos. Narkissos merupakan pria tampan yang jatuh cinta pada banyangannya sendiri saat dia bercermin di danau. Karena self-love yang berlebihan, dewa mengubag narkissos menjadi bunga. Bunga tersebut saat ini dikenal dengan nama narcissus. Sehingga narsis dari kata narcissus tersebut digunakan untuk memberi label pada orang yang mencintai diri sendiri.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Truz apakah narsistik itu normal?. Bagaimana. Menurut saya narsis itu normal sejauh tidak berlebihan. Setiap orang pasti narsis karena mencintai diri sendiri itu perlu karena dengan kita mencintai diri sendiri (tentunya dalam taraf normal) kita akan bisa mencintai orang lain. Contoh semua orang itu narsis adalah saat kita mendapat foto-foto hasil suatu acara camping misalnya. Foto-foto tersebut biasanya banyak yang foto berkelompok, saya pikir, setiaporang awalnya pasti mencari foto yang ada dirinya. Bener gak?.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Lalu narsistik seperti apa yang abnormal?. Bagaimana tinjauan psikologi tentang narsisistik?. Gangguan narsistik dikatakan abnormal apabila perilakunya sudah maladpatif. Dalam psikologi, narsistik termasuk dalam ganngauan kepribadian (personality disorder) yang biasa disebut dengan gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder). Narsistik berlebihan dikatakan abnormal karena kualitas narsistik berlebihan akan menjadi tidak sehat terutama bila individu tersebut lapar dan serakah atas pemujaan. Keserakahan akan pemujaan tersebut merupakan perilaku maladptif yang akan menggangu hub interpersonal bahkan kariernya karena individu tersebut tidak akan mau menerima penadapat orang lain karena menganggap pendapatnya adalah yang paling benar. Gangguan kepribadian narsisitik ditemukan kurang dari 1 % dalam populasi umum (APA,2000).</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Ciri-ciri narsistik dikutip dari buku psikologi abnormal (Rhatus, dkk, 2005) adalah:</span></span></p> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Memiliki rasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Kebutuhan ekstrem akan pemujaan</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Bersifat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Bersifat self-defeating</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Cenderung terpaku pada fantasi akan keberhasilan dan kekuasaan, cinta yang ideal atau pengakuan atas kecerdasan dan kecantikan</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Mengjar karier dibidang-bidang yang mana individu mendapat pemujaan misalnya, modeling, acting atau politik</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Cenderung membesar-besarkan prestasi dan iri pada orang yang lebih berhasil</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Keinginan untuk berhasil adalah bukan untuk mendapotkan uang tapi untuk mendapatlkan pemujaan</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Hubungan interpersolnal berantakan karena adanya tuntutan untuk orang lain untuk memuja mereka</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Minat individu pada orang lain hanya bersifat sati sisi saja: individu mencari orang yang mau melayani minatnya dan memelihara self-importance-nya</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Memperlakukan pasangan seks sebagai alat untuk kenikmatan individu sendiri dan mendukung self esteem-nya</span></span></p></li></ul> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Berikut ini adalah perbedaan antara self interest yang normal dengan narsistik yang sifatnya self defeating (Rathus, dkk, 2005):</span></span></p> <p> </p><table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="565"> <colgroup> <col width="261"> <col width="274"> </colgroup><tbody> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;"><b>Self interest normal</b></span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;"><b>Narsisme yang self defeating</b></span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Menghargai pujian, namun tidak membutuhkannya untuk menjaga self-esteem</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Lapar akan pemujaan, memerlukan pujian agar dapat merasa baik akan diri sendiri untuk sementara</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Kadang-kadang terluka oleh kritik</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa marah atau hancur oleh kritik dan merasakan kesedihan yang mendalam</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa tidak bahagia dalam menghadapi kegagalan, namun tidak merasa tidak b</span></span><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">erharga</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Memikul perasaan malu dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa special atau memiliki bakat unik</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa lebih baik dari orang lain dan meminta penghargaan akan kemampuannya yang tidak dapat dibandingkan </span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa nyaman dengan diri sendiri bahkan saat orang lain mengkritik</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Perlu dukunga terus menerus dari orang lain untuk menjaga perasaan nyaman dan bahagia</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Menerima masa lalu secara logis, meski hal tersebut diras menyakitkan dan dirasa tidak stabil untuk sementara</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Berespon terhadap luka kehidupan dengan depresi dan kemarahan</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Mempertahankan self-esteem dalam menghadapi ketidaksetujuan atau kritik</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Berespons terhadap ketidaksetujuan dan kritik dengan hilangnya self esteem</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Mempertahankan keseimbangan emosional meski kurangnya perlakuan khusus</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Merasa pantas mendapat perlakuan khhusus dan menjadi sangat marah saat diperlakukan dengan cara yang biasa</span></span></p></td></tr> <tr valign="top"> <td width="261"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Empati dan peduli terhadap orang lain</span></span></p></td> <td width="274"> <p align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Tidak sensitive terhadap kebutuhan dan peraan orang lain, mengeksploitasi orang lain sampai mereka puas</span></span></p></td></tr></tbody></table> <p style="margin-bottom: 0in;" align="justify"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0in; text-indent: 0.5in;" align="justify"><span style="font-family:Comic Sans MS, cursive;"><span style="font-size:85%;">Dari wacana ditas, kita dapat merefleksikan diri bagaimana sebenarnya kita. Apakah narsistik dalam diri kita masih dikatakan normal atau berada masih dalam taraf normal ataukah masuk dalam kategori narcissistic personaliyi disorder?</span></span></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-4918333094128281742009-02-04T16:20:00.000-08:002009-02-04T16:22:19.301-08:00perilaku merokok ditinjau dari tipe kepribadian introvert dan ekstrovert<p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Perilaku merokok merupakan fenomena sosial yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dilakukan oleh orang tua, perilaku merokok juga dilakukan oleh remaja bahkan anak kecil, baik itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Perilaku merokok merupakan aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya yang diukur melalui intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komasari dan Helmi, 2000). Pada suatu penelitian, adanya kecenderungan individu mengatasi stress dengan merokok. Hal ini dikarenakan efek dari rokok tersebut adalah menenangkan. Rokok merupakan stimulant yang meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya adalah menyebabkan euphoria dan peningkatan self confident pemakainya (Rathus dkk, 2003) </p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Fenomena perilaku merokok mahasiswa juga merupakan fenomena sosial yang sering kita jumpai. Lingkungan universitas merupakan tempat berkumpulnya individu dari berbagai daerah dengan keunikan sendiri dan tipe kepribadian yang berbeda pula. Cara individu dalam lingkungan sosialisasi, penyesuaian baru serta stress yang dialaminya berbeda satu sama lain. Cara individu berperilaku tersebut perbedaannya dilihat dari sudut pandang tipe kepribadiannya dalam perilaku merokoknya. </p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Menurut Tomkins (dalam Mu’tadin, 2002) perilaku merokok dibagi dalam beberapa tipe berdasarkan tempat merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari subjek perokok. Tempat merokok dan fungsi merokok pada diri subjek tentu saja berbeda pada setiap individu. Tipe kepribadian setiap individu baik itu introvert maupun ekstrovert akan mempengaruhi perilaku merokok subjek dan menentukan pula tipe bagaimanakah perilaku subjek jika dihubungkan dengan tipe kepribadiaan introvert dan ekstrovertnya. </p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dijelaskan oleh Jung, bahwa tipe kepribadian introvert cenderung menyendiri, pendiam, senang introspektif dan sibuk dengan kehidupan internalnya sendiri, sedangkan tipe kepribadian ektrovert cenderung aktif, berinteraksi dengan orang lain dan dunia sekitarnya (Alwisol, 2004). Perbedaan trait-trait dari tipe kepribadian introvert dan ekstrovert tersebut akan mempengaruhi perilaku merokoknya. Dalam fenomena sosial dapat kita lihat bahwa orang yang ekstrovert, perilaku merokoknya sering kali diawali sebagai aktivitas sosialisasinya. Orang yang ekstrovert memulai perilaku merokok karena konformitas teman sebaya dan melakukannya ditempat-tempat umum yang memungkinkan mereka berada di area pergaulan dengan banyak orang. Akan tetapi orang yang bertipe kepribadian introvert memulai perilaku merokok cenderung disebabkan karena keadaan distress pribadinya atau karena faktor internal dalam dirinya. Tempat yang digunakan untuk merokok pun cenderung bersifat pribadi, misalnya di ruang pribadi dalam kantornya ataupun di kamar.</p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Dalam lingkungan universitas, fenomena yang tampak dari mahasiswa bertipe introvert adalah kecendrungan untuk berperilaku merokok diadaerah umum di area kampus. Mahasiswa tersebut cenderung berkumpul dengan teman-temanya saat merokok pada saat jam kosong kuliah dan setelah makan. Adanya fenomena perilaku kolektif dari perilaku merokoknya. Apabila dalam kelompok tersebut satu mahasiswa merokok maka mahasiswa yang lain akan merokok pula. Hal ini disebabkan adanya hukum anonimitas.</p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; line-height: 150%;" align="justify">Mahasiswa bertipe introvert, fenomena yang tampak adalah mereka cenderung untuk merokok sendirian ditempat-tempat tersembunyi. Mereka merokok hanya pada saat mereka stress saja. Mereka merokok pada tempat-tempat khusus yang bersifat pribadi misanya dalam kamar kos. Mahasiswa tersebut cenderung mengkonsumsi rokok tidak terlalu berlebihan tergantung kondisi psikisnya saat itu. Kondisi stress yang parah dapat pula menyebabkan individu tersebut mengkonsumsi rokok dengan sangat berlebihan sampai memperoleh kepuasan dan ketenangan dari rokoknya tersebut. Mahasiswa introvert cenderung memiliki self confident yang rendah, sehingga perilaku merokoknya sebagai cara untuk meningkatkan self confidentnya karena rokok merupakan stimulant yang dapat meningkatkan perasaan euphoria dan self confident penggunanya. (Mei -2008)</p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><br /></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-91245109115913881402009-02-04T16:16:00.000-08:002009-02-04T16:20:48.461-08:00ketimpangan gender dalam perselingkuhan melahirkan prostitusi terbuka<p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Gender merupakan pembedaan peran, hak dan kewajiban, kuasa dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. sosial (Irianto, 2007). Didunia ini banyak sekali kita temui ketidaksetaraan gender yang juga banyak diperbincangkan dan diperjuangkan oleh gerakan feminis. Ketidakadilan atas gender banyak sekali dialami oleh perempuan. Dalam hal ini perempuan yang dianggap sebagai second class dirugikan dalam segala aspek, diantaranya dalam hal psikologis dan fisik (seringnya mengalami tindak kekersan / violence), subordinasi pada perempuan serta adanya marjinalisasi perempuan dalam ekonomi dan pendidikan.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Ketidasetaraan gender seringkali ditemukan dalam keluarga misalnya adanya penindasan psikologis yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Penindasan ini sering dinamakan perselingkuhan. Contoh kasus yang diambil dari artikel adalah kasus seorang perempuan, istri anggota DPRRI yang dengan tegar mensupport suami yang jelas-jelas melakukan perselingkuhan. Nampak sekali adanya ketidakadilan di sini. Laki-laki dengan seenaknya berbuat salah, sementara si perempuan dengan segala kelemahannya, dengan alasan keutuhan keluarga, kasihan anak-anak dan lain-lain tetap menerima adanya penindasan batin dari laki-laki.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Ketidakadilan gender yang dialami perempuan adalah perempuan dikungkung untuk menerima perselingkuhan suaminya walaupun itu menyakitkan hatinya. Budaya pun tidak terlalu mempermasalahkan perilaku laku semena-mena laki-laki tersebut. Dibawah ini adlah deskripsi masyarakat Jawa tentang toleransi terhadap alasan laki-laki melakukan perselingkuhan:</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.95cm; text-indent: 0.64cm; margin-right: 0.86cm;" align="justify"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Di masyarakat Jawa, terdapat penerimaan atau bahkan toleransi terhadap ketidakmampuan laki laki dalam mengontrol nafsu seks mereka. Karena laki laki seringkali dianggap tidak mampu menahan hasrat seks mereka, banyak perempuan mentoleransi dan bahkan mengharapkan pada derajat tertentu ‘ketidaksetiaan’ dari suami, meskipun mereka juga tidak mendorongnya (Brenner 1998). Karena laki laki dianggap tidak bisa mengontrol nafsu mereka, maka ada anggapan bahwa jika tidak terlampiaskan, ini akan mengakibatkan perkosaan atau pelecehan seksual yang membawa korban perempuan baik baik. Hal ini membuat banyak laki laki dan perempuan suku Jawa menyimpulkan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK) tetap dibutuhkan sebagai pelampiasan (Crisovan, 2006). Temuan serupa juga dinyatakan oleh Geertz pada tahun 1950an, yang menyatakan bahwa istri toleran terhadap lepas tangan suami karena laki laki memang dianggap mempunyai sifat tak punya tanggung jawab. Perselingkuhan seksual mereka disebut ‘nakal’; sama istilahnya seperti seorang anak yang tidak menurut kata orang tua, tanpa adanya konotasi pelanggaran; dan mereka diharapkan nakal selama kuliah dan bahkan setelah menikah (Geertz, 1961 cit. Crisovan, 2006). Menurut budaya Jawa, nafsu seks harus senantiasa terjaga dalam keseimbangan, sehingga pada saat istri mengalami menstruasi/hamil, laki laki akan memelihara nafsu seks mereka dengan PSK. Ini juga dipercaya mempunyai efek pada potensi spiritual laki laki (Crisovan, 2006). </span></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Dari kutipan diatas tampak sekali ketidaksetaraan gender, laki-laki berhak bertindak sesuka hati dan menyakiti perempuan, sementara perempuan diharuskan untuk toleran, nerima apapun yang diperlukan tas penindasan terhadap dirinya. Hal yang lebih buruk daripa itu adalah muncullah prostitusi terbuka. Laki-laki dengan seenak hati bahkan tampak terang-terang-terangan datang ke tempat pelacuran kadang tanpa rasa malu bahkan merekamnya dalam video yang sering dilakukan oleh public figure.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Sekarang kita akan menganalis mengapa prostitusi terbuka seperti di Dolly Surabaya merupakan prostitusi yang pelakunya (pelacurnya) adalah perempuan?. Dan mengapa prelacuran pria saat ini masih terkesan tersembunyi?. Jawaban atas pertanyaan tersebut karena seakan-akan ada “legalisasi” perselingkuhan laki-laki baik lewat prostitusi ataupun tidak. Sekan-akan perselingkuhan yang dilakukan laki-laki tu adalah sesuatu yang wajar terjadi karena laki-laki tidak dapat menahan hasrat seksualnya. Lalu bagaimana dengan wanita?. Sebagian wanita juga ada yang menjadi pengguna jasa prostitusi yang dikenal dengan “tante girang suka brondong”, tetapi tetap saja hal itu terselubung. Hal tersebut terjadi karena akan ada kecaman keras yang akan dialamatkan pada perempuan tersebut apabila perilakunya itu diketahui karena perempuan harus setia, nurut semua perintah suaminya. </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Kesimpulannya, ketidakadilan gender dalam isu perselingkuhan ini adalah ada pada tindakan semena-mena laki-laki dengan menyakiti perempuan secara psikologis serta pada budaya yang mentoleransi tindakan laki-laki yang melakukan perselingkuhan tersebut. Perselingkuhan ini menyebabkan permasalahan lainnya yaitu prostitusi yang dilakukan secara terbuka yang manaketidaksetaraan gender terlihat jelas karena hanya prostitusi yang pelacurnya perempuan saja yang diekspos</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; text-indent: 0.64cm;" align="justify"><br /></p> <ol><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Akibat ketidaksetaraan gender</span></span></p><ul><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Tekanan bathin (terjadi kekerasan psikologis) pada perempuan yang suaminya selingkuh</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Adanya subordinasi yang dialami perempuan karena perempuan merasa tidak dihargai sebagi manusia karena laki-laki dengan seenak hatinya melakukan selingkuh</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Timbulnya prostitusi yang dilakukan oleh pelacur wanita secara terbuka tanpa adanya sanksi hkum yang berat</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Psostitusi tetap exist selama ketidaksetaraan gender ini terus berlangsung karena dalam budaya pun (jawa) membolehkan hal itu. </span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS,sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Penyebaran HIV AIDS dalam keluarga karena aktivitas perselingkuhan laki-laki.</span></span></p></li></ul></ol> <ol><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Cara mengatasi</span></span></p><ul><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Adanya kesetaraan gender dalam keluarga dengan adanya persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Adanya toleransi antara laki-laki dan perempuan, tetapi dalam hal ini bukanlah toleransi dalm penyetujuan istri atas perilaku perselingkuhan suami. Toleransi tersebut dengan menghormati perasaan istri dan aspek-aspek psikologi perempuan dengan tidak melakukan penindasan batin (perselingkuhan)</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Larangan perselingkuhan laki-laki dengan alasan apapun (baik dari segi budaya dan sosial) baik yang terang-terangan maupun tersembunyi.</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Adanya saling pengertian antara hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan sehinggga komunikasi berjalan lancar dan perselingkuhan tidak akan terjadi. Tidak ada perbedaan tingkat status antara perempuan dan laki-laki dalam keluarga.</span></span></p></li></ul></ol> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm;" align="justify"><br /></p> <ol><p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Hasil apabila terjadi kesetaraan gender</span></span></p><ul><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Dampak positif</span></span></p> <ol type="i"><ol><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Lahirnya toleransi antara laki-laki pada perempuan, sehingga penindasan psikologis tidak akan terjadi</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Penyebaran HIV AIDS tidak akan masuk dalam keluarga.</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Lahirnya komunikasi yang baik dalam keluarga karena laki-laki dan perempuan punya hak yang sama dalam keluarga.</span></span></p></li></ol></ol> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Dampak negatif</span></span></p> <ol type="i"><ol><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Akan banyak sekali perceraian, karena perempuan mulai sadar atas ketidakadilan tersebut dan menuntut untuk berpisah</span></span></p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Akibat dari banyaknya perceraian, anak-anak keluaran broken home akan bertambah</span></span></p></li></ol></ol></li></ul></ol> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.27cm;" align="justify"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><b>Daftar Pustaka</b></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">BAPPENAS. </span></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><i>Gender dalam Pertanian</i></span></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">. (online) (</span></span><span style="color:#0000ff;"><a href="http://www.blog/"><span style="color:#000000;"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><span style="text-decoration: none;">http://www.blog</span></span></span></span></a></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> archieve. Gender dalam pertanian. diakses 17 Oktober 2008)</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Deniem. </span></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><i>Analisis Gender.</i></span></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> (online) (</span></span><span style="color:#0000ff;"><a href="http://www.analisis/"><span style="color:#000000;"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><span style="text-decoration: none;">http://www.analisis</span></span></span></span></a></span><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> gender-arena pembelajaran diri. diakses 17 Oktober 2008)</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Dznhayatin, Siti R. <i>Demokratisasi dan Masalah Kesetaraan Gender</i>. (online) (http//www. artikel Indonesia untuk demokrasi. diakses 17 Oktober 2008) </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Hermawati, Tanti. Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender. (online) (http//www. goggle.com.<i> </i>Jurnal Komunikasi Massa. Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34<i> </i>diakses 17 Oktober 2008) </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Tanai, Susilowati, M. <i>Gender dan Seksualitas dalam fenomena global epidemi HIV/AIDS</i></span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">. (online) (http://www.Makalah%20Susilowati%20Rev_d01c/ PDF/gender dan seksualitas.pdf, diakses 17 Oktober 2008)</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; margin-left: 0.64cm; text-indent: -0.64cm;" align="justify"><span style="font-family:Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Sholihah, Nikmatus. Gender dan Jenis Kelamin. (online) (http//www.gogle.com. diakses 17 Oktober 2008) </span></span></p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-62583630257761976642009-02-04T16:09:00.000-08:002009-02-04T16:16:10.878-08:00homoseksual<span style="font-size:85%;"> <p align="justify">Homoseksual adalah ketertarikan seksual dan emosional yang konsisten, termasuk fantasi, minat, dan keinginan pada seseorang dengan jenis yang sama. Homoseksualitas dapat mengacu kepada:orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama, perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender dan identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual. </p> <p align="justify">Ciri perilaku homoseksual yang paling umum dan juga bukan lagi rahasia umum adalah para homoseksual sering berganti-ganti pasangan. Dikalangan heteroseksual kebiasaan berganti-ganti pasangan dan perselingkuhan juga banyak terjadi tetapi masyarakat umum melihatnya sebagai penyakit sosial daripada kewajaran, tetapi praktek berganti-ganti pasangan di kalangan homo sudah melekat dalam identitas homo itu sendiri dan dilakukan dalam intensitas tinggi jauh diatas perselingkuhan heteroseksual. Dalam artikel ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:</p> <dir> <dir> <p align="justify">Wim yang perkawinan homonya dengan Philip diliput majalah Gatra mengatakan, bahwa: "Dunia gay itu dunia yang gonta-ganti pasangan." (Gatra, 4 Oktober 2003, h.27). Bell & Weinberg dalam studinya ‘Homosexualities’ menyebut sepertiga gay mempunyai lebih dari 1000 pasangan selama hidup mereka. Pasangan tetap dibawah 10%, dan mereka yang kelihatannya stabil cenderung tetap berganti-ganti pasangan dan tidak mempertahankan monogami. Angka ini mirip yang dikemukakan ‘Gay Indonesia’ berikut: "Kesetiaan memang sesuatu yang amat langka di dunia gay. Betapa tidak? Hampir 95% kaum gay pernah melecehkan sebuah kesetiaan. Diakui atau tidak, hal itulah yang terjadi selama ini. Walaupun hal ini belum pernah didukung oleh suatu penelitian yang akurat, tetapi dari pengalaman kita masing-masing, mungkin dari teman, partner kita atau bahkan diri kita sendiri, kita tidak asing dengan pelecehan kesetiaan." (Gaya Nusantara no.23, Oktober 1993, h.3). Data yang sama dikemukakan ‘The Gay Agenda’ yang dikeluarkan Christian Media Center di California yang anggotanya adalah para mantan homo yang telah bertobat, menyebutkan: "Studi-studi menunjukkan bahwa pelaku gay berganti pasangan seksual sebanyak 20 sampai 106 pasangan setiap tahun, dan rata-rata pelaku homoseksual mempunyai 300 sampai 500 pasangan seksual selama hidup mereka." Lebih lagi dari itu, Naek L. Tobing dalam tulisannya yang sama juga menyebut, bahwa: "Sebagian besar dari mereka pada saat terikat dengan pasangannya, juga melakukan kontak seksual dengan orang lain. Hal ini dapat terjadi misalnya di klub-klub homo, di restoran, sehingga kadang-kadang beberapa orang homoseks bahkan tidak mengingat dengan siapa ia melakukan kontak seksual satu atau dua jam kemudian. Putusnya hubungan antara homoseks pada umumnya, karena merasakan hubungan yang sudah ada itu telah dingin atau membosankan. Akibatnya mereka tertarik pada orang yang baru. Kinsey juga mendapatkan, bahwa umumnya homoseks merasakan getaran seksual yang hebat dengan orang yang baru, betapapun baiknya hubungan homoseks sulit untuk berlangsung seumur hidup.</p></dir></dir> <p align="justify">Disebuah artikel dinyatakan bahwa:10% laki-laki adalah homoseks, sedang perempuan adalah 5%, dan 37% dari semua individu pernah melakukan hubungan seks sejenis ini di dalam kehidupannya. Beberapa homoseks melaporkan bahwa mereka menyadari ketertarikan untuk melakukan hubungan seks sejenis ini timbul sebelum masa pubertas atau akil balig. Aktivitas ini biasanya mula-mula dilakukan di lingkungan peer group (kelompok sepermainan) mereka. Dilaporkan pula bahwa homoseks perempuan atau lebih dikenal dengan lesbian, sebanyak 56% sebelumnya mempunyai hubungan seksual dengan lawan jenis, sedangkan yang laki-laki sebesar 19%. Sekarang pertanyaanya adalah apa sebab-sebab orang memiliki perilaku sebagai homoseksual?.</p> <p>Ada tiga faktor utama yang dapat memicu homoseksualitas, yakni faktor konstitusional-biologis yang termasuk faktor genetis, faktor(kecelakaan dan lingkungan), dan faktor internal-bawah sadar. Faktor biologis antara lain:</p> <dir><b> <p>Susunan Kromosom</p></b></dir></span> <p align="justify">Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria. Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya. </p> <dir><b> <p>Ketidakseimbangan Hormon</p></b></dir> <p align="justify">Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita. </p> <dir><b> <p>Struktur Otak</p></b></dir> <p align="justify">Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian. </p> <dir><b> <p>Kelainan susunan syaraf</p></b></dir> <p align="justify">Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.</p> <p>Faktor kedua adalah faktor kecelakaan dan lingkungan. Faktor kecelakaan dan lingkungan antara lain:</p> <dir><b> <p>Sosiokultural</p></b></dir> <p>Adanya suatu budaya yang memungkinkan orang menjadi homoseksual yaitu di ponorogo pada kalangan warok dan gemblak.</p> <dir><b> <p>Lingkungan </p></b></dir> <p align="justify">Lingkungan menjadi penyebab timbulnya homoseksual saat lingkungan tersebut menjadai lahan yang subur untuk berkembangya homoseksual. Mereka yang menjadi homoseks saat terdesak, misalnya saat menjadi narapidana</p> <dir><b> <p>Pengalaman homoseksual yang tidak lazim (kecelakaan)</p></b></dir> <p align="justify">Homoseksual terjadi karena adanya pengalaman seksual pertama kali karena kecelakaan (pemerkosaan/sodomi) sehingga menyebabkan orang tersebut menjadi homoseksual.</p> <p align="justify">Faktor ketiga adalah faktor internal bawah sadar (faktor psokodinamik). Perilaku homoseksual terjadi karena terdapat gangguan pada fase perkembangan psikososial anak. Dalam teori Sigmund Freud antara fase phallic dan genital itulah terjadi proses identifikasi psikoseksual anak, apakah dirinya laki-laki atau perempuan secara psikologis. Anak laki-laki harus mendapat perhatian cukup dari figur ayah dan anak perempuan dari figur ibu. Pada saat tidak terjadi keseimbangan peran ayah dan ibu dalam hubungannya dengan anak, si anak akan mengambil alih identitas psikoseksual yang tidak tepat.</p> <p align="justify">Faktor pertama dan ketiga berpengaruh besar dalam pembentukan kategori homoseksual eksklusif, sementara faktor kedua berperan dalam kategori homoseksual fakultatif. Orang homoseksual eksklusif identitas seksualnya berbeda dari jenis kelaminnya sejak kecil. Sementara homoseksual fakultatif berperilaku homoseks hanya pada kondisi tertentu</p> <p align="justify">Dampak dari perilaku homoseksual adalah berdampak pada diri sendiri maupun orang lain dalam masyarakat. dampak pada diri sendiri:</p> <dir> <p align="justify">Peluang untuk mengidap penyakit AIDS sangat besar karena homoseksual suka berganti-ganti pasangan</p> <p align="justify">Mengalami tekanan batin dan distress karena adanya kecendrungan homoseksual dikucilkan.</p></dir> <p align="justify">Dampak pada masyarakat:</p> <dir> <p align="justify">Adanya ketakutan kaum homoseksual akan menularkan AIDS</p> <p align="justify">Adnya ketakutan masyarakat akan penularan perilaku homoseksual karena kaum homoseksual akan terus mencari penerus homoseksualitas</p> <p align="justify">Terjadinya homo-phobia</p><b> </b></dir> <p align="justify">Apakah Homoseksual Abnormal?</p> <p align="justify">Homoseksual dikatakan abnormal jika memenuhi kriteria-kriteria abnormalitas. Di Indonesia homoseksual dikatakan abnormal karena memenuhi criteria abnormalitas, yaitu:</p> <dir> <p align="justify">Perilaku yang tidak biasa (berdasarkan statistik)</p></dir> <p align="justify">Di Indonesia perilaku homoseksual menurut statistik jumlahnya sedikit dan merupakan perilaku yang tidak biasa karena adnya kecendrungan masyarakat Indonesia adalah hetereseksual</p> <dir> <p align="justify">Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial (berdasarkan norma masyarakat)</p></dir> <p align="justify">Banyaknya pertentangan dan penolakan homoseksual walaupun homoseksual telah membentuk perkumpulan homo, membuktikan bahwa homoseksual tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial. Hal ini dikarenakan adanya norma agama yang begitu kuat di Indonesia dan mengharamkan perilaku homoseksual.</p> <dir> <p align="justify">Perilaku maladaptive (penyesuaian sosial)</p></dir> <p align="justify">Perilaku homoseksual merupakan perilaku maladptif karena pada dasarnya lingkungan mengingikan heteroseksual.</p> <dir> <p align="justify">Sejauh mana mengalami konflik dan tegangan</p></dir> <p align="justify">Dari literature yang ada selama ini, para homoseksual sering mengalamio distress pribadi karena adanya ketidaksinkronan diri pribadi dengan lingkungan yang menuntutnya untuk berbuat sesuai dengan norma masyarakat. Pelecehan, penolakan dan pertentangan tentang homoseksual menyebabkan pelaku homoseksual mengalami konflik dan tegangan.</p> <p align="justify">Akan tetapi ada beberapa Negara yang menganggap homoseksual itu normal, misalnya di Belanda. Di Belanda banyak penduduknya yang melakukan homoseksual bahkan ada legalitas perkawainan homoseksual. Sehingga perilaku homoseksual di Belanda merupakan perilaku adaptif dan tidak menyebabkan konflik dan tegangan pada pelaku homoseksual karena homoseksual diterima dalam norma mayarakat di Belanda.</p> <b> <p>Daftar Pustaka</p> <dir></dir></b> <p align="justify">Herlianto. <i>Homoseksualitas (2 )- Kebiasaan Berganti-Ganti Pasangan</i>. (online) (http//www. Yabina-ministry.com. diakses 24 Oktober 2008) </p> <p align="justify">Herlianto. <i>Homoseksualitas (1 )</i>. (online) (http//www. Yabina-ministry.com. diakses 24 Oktober 2008) </p><i> <p align="justify">Homoseksualitas</p></i>. (online) (http://www.Homoseksualitas - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.com. diakses 24 Oktober 2008) <p align="justify">Korewa. <i>Homoseksual Tinjauan dan Perspektif Ilmiah</i>. (online) (http//www.olimpiade.org. diakses 24 Oktober 2008) </p> <p align="justify">Rahman. Persoalan Definisi Seksualitas. (online) (http//www.[Baraya_Sunda] Perkara esek2!.com. diakses 24 Oktober 2008) </p> <p align="justify">Ratus, Spencer.A, dkk.2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga.</p> <p align="justify">Yundini. <i>Homoseksual.</i> (online) (http://www.[satuXsatu]HOMOSEKSUAL.com. diakses 24 Oktober 2008)</p> <p align="justify">Yulianti <i>Homoseksual Apa dan Mengapa?.</i> (online) (http://www.Blogs Staf Universitas Islam Indonesia » Blog Archive » Homoseksual Apa Dan Mengapa?.com. diakses 24 Oktober 2008)</p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-45171532748947953992009-02-04T16:02:00.000-08:002009-02-04T16:07:18.702-08:00white collar crime (korupsi)<span style="font-size:85%;"> <p align="justify">Dua minggu lalu di mata kuliah patologi sosial, kami membahas tentang masalah kejahatan dan kriminalitas. Disalah satu klasifikasi kejahatan tersebut disebutkan kejahatan yang dilakukan oleh oknum, contohnya adalah koruptor. Semenjak itu saya tertarik untuk membahas tentang korupsi. Yuk,,kupas tuntas tentang korupsi/white collar crime (kalo temen-temen ngerasa Q lom bahas dengan tuntas, silahkan menambahkan).</p> <p align="justify">‘White collar crime’ sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari bahkan mungkin sudah bosen kita mendengar dan membahasnya. Pelakunya yang biasa kita sebut dengan koruptor atau tikus yang suka menggerogoti sesuatu yang bukan menjadi haknya mungkin saat ini berkeliaran bebas menggunakan uang haramnya itu buat bersenang-senang. Yah..biarkanlah mereka berkreasi dan tunggu saja KPK akan menangkap kalian!!!!</p> <p align="justify">Aku kadang berpikir, gimana seandainya aku berada pada posisi koruptor tersebut atau berada dalam bagian kehidupan mereka (keluarganya). Apa ya yang sebenarnya mereka rasakan saat mereka ketahuan melakukan tindak korupsi atau bagaiman perasaan keluarganya?.</p> <p align="justify">Kadang aku berpikir, para koruptor itu adalah orang-orang pintar bahkan mereka lulusan sekolah yang berkualitas sampai keluar negeri, seharusnya mereka tahu konsekuensi yang didapatkan dari perilaku korupsi dan bagaimana dampaknya. Lalu, kenapa hal itu masih tetap saja dilakukan?. Apakah mereka mengerti tapi pura-pura bodoh karena mata, pikiran dan akal sehat mereka tertutupi oleh uang yang melimpah?. </p> <p align="justify">Tentang keluarganya, apakah mereka tahu kalau ayah atau keluarganya melakukan korupsi?. Apa yang mereka lakkukan jika tahu?. Membiarkannya selama polisi atau KPK tidak menangkap mereka?.</p> <p align="justify">Suatu ketika aku pernah melihat acara TV yang mengungkap korupsi yang dilakukan oleh Artalita. Di acara tersebut ditayangkan persidangan artalita. Bayangin 6 milyar diberikan pada Urip dan katanya lagi itu belum termasuk bonus. Yang paling menyebalkan adalah saat Artalita membela diri dengan mengatakan "kalau saya masuk penjara, bagaimana nasib anak saya?". Ya ampun buk.. baru ingat nasib anakmu sekarang?. Dulu waktu korupsi, kemana ingatan tentang nasib anakmu, ibu simpen ke bawah kolong kasur?. Pembelaan yang gak masuk akal!!!. </p> <p align="justify">Aku juga pernah berpikir (dari tadi pakek kata berpikir mulu ya, he..), apakah para koruptor itu sudah tau dampak dari korupsi pada dirinya dan keluarganya?, sehingga mereka melakukan rencana-rencana buat mengantisipasinya (toh mereka semua orang ‘pintar menipu’), misalnya dengan menimbun uang hasil korupsi di bank-bank luar negeri (yang popular di Swiss) trus kalo mereka ditangkep, mereka nyogok aparat pakek uang yang dibank luar negeri itu. Buat melindungi keluarganya, mereka memindahkan keluarganya ke luar negeri pake uang korupsi itu, so mereka gak akan mendapat gunjingan di Indonesia. Bener gak sie?</p> <p align="justify">Tapi aq juga berpikir (pakek berpikir lagi ^^), mungkin lingkungan sangat kuat pengaruhnya membentuk perilaku korupsi. Aku pernah merenung, mungkin saja koruptor itu adalah seorang aktivis anti korupsi yang rajin menggembar-gemborkan anti-korupsi, melakukan unjuk rasa menentang korupsi, menuntut koruptor dihukum seberat-beratnya serta memiliki nasionalisme yang tinggi. Akan tetapi ketika mereka mendapat kesempatan untuk menjadi anggota dewan misalnya, idealisme dan nasionalisme mereka langsung luntur karena lingkungan yang mereka diami merupkan tempat yang subur buat tumbuhnya korupsi. Mungkin saja proses belajar sosial terjadi disana. Orang ini yang awalnya adalah seorang yang memiliki idealisme anti korupsi mulai belajar bahwa dengan melakukan korupsi dia akan mendapat keuntungan yang g sedikit sehingga kehidupannya akn menjadi lebih baik. Atau mungkin saja dia mendapat pengaruh dari organisasi (partai) tempat dia bergabung untuk melakukan korupsi berjamaah.</p></span><span style="font-family:Times New Roman;"> <p align="justify">Sekarang kita mulai membahas tentang penyebab korupsi. Apa pengertian korupsi?. Apa yang membuat orang menjadi koruptor? </p></span><b><span style="font-size:85%;"> <p align="justify">Korupsi</p></span></b> (bahasa Latin: <i>corruptio</i> dari kata kerja <i>corrumpere</i> = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur: <ul><li> <div align="justify">Perbuatan melawan hukum</div></li><li> <div align="justify">Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana</div></li><li> <div align="justify">Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi</div></li><li> <div align="justify">Merugikan perekonomian Negara atau keuangan Negara</div></li><li> <div align="justify">Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)</div></li><li> <div align="justify">Penggelapan dalam jabatan</div></li><li> <div align="justify">Pemerasan dalam jabatan</div></li><li> <div align="justify">Menerima gratifikasi</div></li></ul> <p align="justify">Penyebab korupsi dibawah ini diungkapkan oleh beberapa ahli yaitu:</p><b><i> <p align="justify">Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono</p></i></b>, tidak ada jawaban yang persis, tetapi ada dua hal yang jelas, yakni : <dir> <dir> <p align="justify">1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan sebagainya),</p></dir></dir><span style="font-size:100%;"> </span><span style="font-size:85%;"> <p align="justify">2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang control dan sebagainya</p></span><b><i> <p align="justify">Dr. Andi Hamzah dalam disertasinya menginventarisasikan beberapa penyebab korupsi</p></i></b>, yakni : <dir> <dir> <p align="justify">1. Kurangnya gaji pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin meningkat </p> <p align="justify">2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi </p> <p align="justify">3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien, yang memberikan peluang orang untuk korupsi. </p> <p align="justify">4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi </p></dir></dir> <p align="justify">Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul "<b><i>Strategi Pemberantasan Korupsi</i></b></p>," antara lain : <b> <p align="justify">1. Aspek Individu Pelaku</p></b> <p> <b>a. Sifat tamak manusia</b> </p> <dir> <p align="justify">Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. </p></dir> <p> <b> b. Moral yang kurang kuat </b></p> <dir></dir> <p align="justify">Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu. </p> <p> <b>c. Penghasilan yang kurang mencukupi </b></p> <dir></dir> <p align="justify">Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar pekerjaan yang seharusnya. </p> <p> <b>d. Kebutuhan hidup yang mendesak</b> </p> <dir> <p align="justify">Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.</p><b> <p align="justify">e. Gaya hidup yang konsumtif</p></b> </dir> <p align="justify">Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendoronggaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.</p><b> <p align="justify">f. Malas atau tidak mau kerja</p></b> <p align="justify">Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi. </p> <p align="justify"> <b>g. Ajaran agama yang kurang diterapkan</b> </p> <p align="justify">Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan. </p><b> <p align="justify">2. Aspek Organisasi</p></b> <p align="justify"> <b>a. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan</b> </p> <p align="justify">Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.</p><b> <p align="justify">b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar</p></b> <p align="justify">Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi. </p><b> <p align="justify">c. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadai</p></b> <p align="justify">Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.</p><b> <p align="justify">d. Kelemahan sistim pengendalian manajemen</p></b> <p align="justify">Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya. </p><b> <p align="justify">e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi</p></b> <p align="justify">Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.</p><b> <p align="justify">3. Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada</p></b> <dir> <p align="justify">1. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan. </p> <p align="justify">2. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat. Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi. </p> <p align="justify">3. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari. </p> <p align="justify">4. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat berpandangan masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya. </p></dir><b> <p align="justify">Dampak dari korupsi adalah:</p></b><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" > <p>Nye menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah :</p> <dir></dir></span><span style="font-size:85%;"> <p align="justify">1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.</p> <p align="justify">2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya.</p> <p align="justify">3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.</p></span> <p align="justify">Selanjutnya Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidakefisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.</p> <b> <p align="justify">Upaya Penanggulangan Korupsi</p></b> <p align="justify">Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi</p> <p align="justify">korupsi sebagai berikut :</p> <dir> <p align="justify">a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah</p> <p align="justify">pembayaran tertentu.</p> <p align="justify">b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.</p> <p align="justify">c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.</p> <p align="justify">d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan ancaman.</p> <p align="justify">e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.</p> </dir> <p align="justify">Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penaggulangan korupsi yaitu: </p> <ol><li> <div align="justify">pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan</div></li><li> <div align="justify">administratif yang menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas</div></li><li> <div align="justify">pengadakan pengawasan yang lebih keras,</div></li><li> <div align="justify">kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin</div></li><li> <div align="justify">gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin</div></li><li> <div align="justify">satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat</div></li><li> <div align="justify">hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula.</div></li></ol> <p align="justify">Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :</p> <dir> <p align="justify">1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.</p> <p align="justify">2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan nasional.</p> <p align="justify">3. para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi.</p> <p align="justify">4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak korupsi.</p> <p align="justify">5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.</p> <p align="justify">6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan "achievement" dan bukan berdasarkan sistem "ascription".</p> <p align="justify">7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi pemerintah.</p> <p align="justify">8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur</p> <p align="justify">9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.</p> <p align="justify">10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi.</p> </dir> <p align="justify">Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut :</p> <p align="justify">a. Preventif.</p> <dir> <p align="justify">1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara.</p> <p align="justify">2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.</p> <p align="justify">3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.</p> <p align="justify">4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.</p> <p align="justify">5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.</p> <p align="justify">6. hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan "sense of belongingness" dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.</p></dir> <p align="justify">b. Represif.</p> <dir> <p align="justify">1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.</p> <p align="justify">2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.</p> </dir> <p align="justify">Apakah korupsi dapat terhapus ditengah budaya materialistic dan individualistic semakin berkembang?. Hanya tiap individu yang bisa menjawabnya. Semuanya tergantung individu masing-masing dalam menyikapi hidup. Semoga korupsi akan semakin berkurang di Indonesia. Maju Bangsaku, Maju Indonesiaku</p>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-90303967452081220392009-01-22T15:43:00.000-08:002009-01-22T16:14:57.890-08:00arti cintaSelama ini aq merasa kalau dicintai itu lebih menyenangkan daripada mencintai. Ternyata mencintai jauh lebih menyengkan daripada dicintai. Hal itu terjadi karena saat Qt menjadi pribadi yang dicintai kita akan menjadi pribadi yang manja dan cenderung tidak menjadi diri sendiri. Qt menjadi pribadi yang selalu menyesuaikan selera "pasar" agar dicintai banyak orang bukannya menjadi diri kita apa adanya untuk dicintai.<br /> Lain halnya dengan mencintai, qt bebas untuk mencintai siappun yang kita inginkan tanpa harus mengubah diri kita. tentunya dalam artian mencintai yang sesungguhnya dan denga tulus. Menurut Erich Fromm dalam bukunya The Art Of Love, aku memahami bahwa mencintai itu mengikuti hukum "memberi". Memberi jauh lebih menyenangkan dari pada menerima. Saat Qt memberi kita akan merasa berguna, berarti, kaya dan semakin kaya karena saat kita memberi kita akan mengajak orang untuk menjadi pribadi yang suka memberi juga. Hal itu sama dengan mencintai, saat kita mencintai,kita akan menjadi pribadi yang kaya kan cinta dan tentunya kan menyenangkan.Ketika seseorang mencintai orang lain, maka dia akan mendapatkan yang tulus juga dari orang yang bersangkutan.<br /> Ada istilah "Tringular Of Love" yaitu cinta terdiri dari gairah yaitu (rasa ketertarikan fisik), keintiman (rasa dekat antara satu dan lainnya) serta komitmen (adanya tujuan akan suatu hubungan. aku merasa ketiga hal tersebut dapat tercapai dalam suatu hubungan yang dinamakan pernikahan. Lalu apakah pacaran itu dapat diartikan sebenar-benarnya cinta?arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-6593208121499943422008-12-17T16:05:00.000-08:002008-12-17T16:10:22.755-08:00ShopaholicX adalah seseorang yang selalu tidak dapat menahan diri untuk berbelanja baju dan sepatu ketika memiliki uang padahal baju dan sepatunya sudah banyak, meskipun X tahu kalau uang itu untuk membayar kuliahnya. X tetap membelanjakan uang tersebut. Namun, setelah selesai berbelanja dan menghabiskan uangnya, X menyesal kenapa dirinya tidak mampu untuk menahan keinginannya untuk berbelanja. X merasa tersiksa dengan perilaku belanjanya ini. Selain itu, X selalu mempersepsi orang lain berdasarkan banyaknya kepemilikan harta karena baginya, orang lain akan menghormati dan menghargai jika dirinya memiliki banyak barang.<br />Pada saat ini, di kota-kota besar banyak didirikan mall yang menawarkan berbagai produk-produk fashion terbaru. Hal ini akhirnya, membuat sebagian besar masyarakat sering berkunjung ke mall, apalagi bagi orang-orang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja. Sebelumnya, saya ingin bertanya pada Anda "Mengapa Anda membeli begitu banyak pasang sepatu dan baju namun tidak mengenakannya? Apa Anda akan mengatakan bahwa sepatu dan baju itu tampak begitu menarik tetapi sesudah membeilnya, Anda merasa kurang menyukainya?"<br /><br />Apakah Anda termasuk orang yang tidak mampu menahan keinginan untuk berbelanja meskipun Anda sebenarnya tidak terlalu membutuhkan barang-barang tersebut? Apabila Anda membuka almari pakaian dan sepatu Anda maka akan Anda akan dihadapkan pada setumpuk pakaian dan sepatu dengan berbagai merek. Mungkin seringkali Anda termasuk orang yang mudah terjebak oleh keinginan Anda sendiri untuk mengkonsumsi produk-produk fashion terbaru agar tidak ketinggalan tren yang berlaku. Apalagi, pada saat ini konsumerisme dan gaya hidup hedonis telah menjamur dimana-mana sehingga menyebabkan sebagian besar orang berlomba-lomba mengumpulkan barang-barang sebanyak-banyaknya hanya karena ingin dihormati, dihargai dan agar terlihat percaya diri. Padahal kenyataannya, produk-produk fashion yang ditawarkan selalu berubah-ubah modenya sehingga Anda akan merasa tidak puas dengan apa yang Anda miliki sehingga hal ini dapat membuat Anda terjebak dalam shopaholic. Perlu diketahui, shopaholic ini dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain karena dapat mengakibatkan seseorang bunuh diri dan melakukan tindak kriminalitas. Oleh karena itu, masalah shopaholic harus ditangani secara serius.<br />Definisi Shopaholic<br />Apa shopaholic itu? Shopaholic berasal dari kata shop yang artinya belanja dan aholic yang artinya suatu ketergantungan yang disadari ataupun tidak. Menurut Oxford Expans (dalam Rizka, 2008) dikemukakan bahwa shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya tidak selalu ia butuhkan. Mungkin muncul pertanyaan dihati Anda, bagaimana gejala-gejala seseorang yang mengalami shopaholic?<br />Gejala-gejala Shopaholic<br />Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang suka berbelanja atau pergi ke mall dapat dikatakan shopaholic. Menurut Klinik Servo (2007), seseorang dapat dikatakan mengalami shopaholic jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:<br />· Suka menghabiskan uang untuk membeli barang yang tidak dimiliki meskipun barang tersebut tidak selalu berguna bagi dirinya.<br />· Merasa puas pada saat dirinya dapat membeli apa saja yang diinginkannya, namun setelah selesai berbelanja maka dirinya merasa bersalah dan tertekan dengan apa yang telah dilakukannya.<br />· Pada saat merasa stres, maka akan selalu berbelanja untuk meredakan stresnya tersebut.<br />· Memiliki banyak barang-barang seperti baju, sepatu atau barang-barang elektronik, dll yang tidak terhitung jumlahnya, namun tidak pernah digunakan.<br />· Selalu tidak mampu mengontrol diri ketika berbelanja.<br />· Merasa terganggu dengan kebiasaan belanja yang dilakukannya.<br />· Tetap tidak mampu menahan diri untuk berbelanja meskipun dirinya sedang bingung memikirkan hutang-hutangnya.<br />· Sering berbohong pada orang lain tentang uang yang telah dihabiskannya.<br />Setelah Anda mengetahui gejala-gejala shopaholic maka Anda dapat mulai mencermati diri Anda sendiri atau keluarga atau rekan dekat Anda apakah telah menderita shopaholic atau tidak. Mungkin muncul pertanyaan dihati Anda, apa dampak dari shopaholic?<br />Dampak Shopaholic<br />Shopaholic dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu:<br />· Sering mengalami kehabisan uang padahal masih awal bulan.<br />· Dapat mengakibatkan seseorang memiliki hutang dalam jumlah yang besar karena untuk memenuhi pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja.<br />· Dapat mengakibatkan seseorang dipecat dari pekerjaannya karena melakukan pemborosan dengan menggunakan uang perusahaan.<br />· Memicu seseorang untuk melakukan tindak kriminal (seperti mencuri, memeras,korupsi dll) hanya karena ingin mendapatkan uang demi memnuhi dorongan untuk belanja yang terus-menerus dalam dirinya.<br />· Dapat mengakibatkan perceraian karena pasangan dari si penderita shopaholic merasa tersiksa dengan uang yang selalu dihabiskan pasangannya hanya untuk berbelanja dan berbelanja.<br />· Dapat mengakibatkan pertengkaran karena pemborosan yang dilakukan oleh penderita shopaholic.<br />· Dapat mengakibatkan seseorang bunuh diri karena dalam dirinya selalu muncul pikiran-pikiran obsesi untuk berbelanja dan berbelanja dan si penderita merasa tersiksa jika tidak melakukan pikiran-pikiran obsesinya tersebut.<br />Dampak dari shopaholic memang sangat merugikan bagi kehidupan seseorang bahkan dapat mengancam keselamatan dirinya sendiri dan orang lain. Apakah hanya perempuan saja yang mengalami shopaholic, karena perempuan sering dijuluki kaum yang suka shopping?<br />Siapa yang berpotensi mengalami Shopaholic?<br />Menurut penelitian dikemukakan bahwa 90% penderita shopaholic adalah perempuan, namun laki-laki juga mengalami shopaholic. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stanford University mengatakan bahwa laki-laki juga mengalami shopaholic. Dengan demikian, perempuan dan laki-laki dapat menderita shopaholic. Barang-barang apa saja yang sering dibeli oleh perempuan dan laki-laki yang mengalami shopaholic? Perempuan yang mengalami shopaholic akan lebih suka untuk membeli pakaian, make-up, perhiasan, sedangkan laki-laki akan lebih suka membeli barang elektronik seperti HP, MP3 Player, dll (www.rasensi,nl).<br />Penyebab Shopaholic<br />Mungkin saat ini, Anda sedang bertanya-tanya apa penyebab seseorang mengalami shopaholic? Menurut Klinikservo (2007), ada beberapa penyebab seseorang mengalami shopaholic, yaitu:<br />· Seseorang menganut gaya hidup hedonis (materialis) dan mempersepsi bahwa manusia adalah human having. Human having adalah seseorang yang cenderung mempersepsi orang lain berdasarkan apa yang dimiliki (seperti punya mobil, rumah, jabatan). Human having ini akan mengakibatkan seseorang merasa terus kekurangan, selalu diliputi kecemasan, tidak akan termotivasi untuk mengejar kebutuhan pada tingkat yang lebih.<br />· Kecemasan yang berlebihan karena mengalami trauma di masa lalu.<br />· Iklan-iklan yang ditampilkan diberbagai media yang menggambarkan bahwa pola hidup konsumtif dan hedonis merupakan sarana untuk melepaskan diri dari stres.<br />· Adanya pikiran-pikiran obsesi yang tidak rasional<br />Apakah shopaholic merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis? Shopaholic merupakan salah satu bentuk dari gangguan obsesi kompulsif. Apa definisi dan penyebab terjadinya gangguan obsesi kompulsif? Untuk lebih jelasnya, simaklah uraian singkat tentang gangguan obsesi kompulsif<br />Apa gangguan obsesif kompulsif itu?<br />Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya pikiran-pikiran obsesif (pikiran-pikiran yang selalu berulang-ulang menghantui seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu) dan adanya perilaku kompulsif (perilaku yang selalu dilakukan berulang-ulang, tetapi jika tidak dilakukan maka seseorang akan merasa tersiksa). Penderita obsesi kompulsif sebenarnya merasakan bahwa apa yang dilakukannya tidak rasional namun dirinya tidak mampu mengontrol kebiasaan yang dilakukannya tersebut. Apa saja gejala-gejala seseorang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif?<br />Gejala-gejala Gangguan Obsesi Kompulsif<br />Menurut e-media (2007), seseorang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif akan menunjukkan beberapa gejala-gejala yaitu merasa tertekan oleh pikiran-pikiran obsesi yang muncul dari dalam dirinya, melakukan perilaku kompulsif secara berulang-ulang untuk meredakan rasa tidak nyaman yang dirasakannya, selalu merasa cemas, dll.<br />Solusi Mengatasi Shopaholic<br />Shopaholic dapat diatasi dengan CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan terapi relaksasi. CBT akan membantu penderita untuk mengatasi pikiran dan perilakunya yang tidak rasional dan mencegah penderita untuk melakukan kebiasaan belanja secara terus-menerus. Selain itu, terapi relaksasi berguna untuk membantu mengurangi kecemasan dan membantu penderita untuk rileks dalam menghadapi pikiran-pikiran obsesinya yang muncul. Penderita Shopaholic juga perlu dilatih untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan sehingga hal dapat mulai mengontrol kebisaan belanjanya yang tidak rasional.<br />Solusi Untuk Mencegah Seseorang Menderita Shopaholic<br />Agar Anda tidak mengalami Shopaholic maka sebaiknya sesegera mungkin Anda mengontrol diri Anda pada saat berbelanja dan mengatasi stres dengan cara yang positif. Anda dapat melakukan perencanaan pengeluaran Anda ketika akan pergi ke mall sehingga hal dapat mengontrol perilaku belanja Anda yang tidak terkontrol. Namun, Anda juga harus komitmen hanya membeli barang yang benar-benar Anda butuhkan bukan karena godaan sesaat. Selain itu, Anda perlu pembukukan pengeluaran-pengeluaran yang telah Anda lakukan dan mencatat barang-barang kebutuhan pokok apa saja yang memang perlu untuk dibeli sehingga Anda dapat mengontrol perilaku belanja.<br />Jika Anda merasa bahwa diri Anda mengalami gangguan obsesi kompulsif, sebaiknya Anda mencari tahu, apa akar masalah yang menyebabkan Anda kain hari kian gelisah, resah, cemas, tidak bisa tenang, dsb. Sebab, obsesif kompulsif itu merupakan tanda dari adanya masalah yang tidak selesai, atau dihadapi dengan cara yang keliru, sehingga menambah persoalan baru. Setiap orang pasti bisa tahu apa masalahnya, kalau mau jujur pada diri sendiri. Tapi, memang tidak mudah untuk mau berhadapan dengan kenyataan diri. Kalau pun tidak bisa mengetahui / memformulasikan apa masalahnya, maka berkonsultasi dengan pihak yang kompeten, seperti psikolog, akan sangat membantu memberikan petunjuk, arah dan bimbingan. Untuk sembuh dari shopaholic membutukan usaha dan ketekunan, kedisiplinan dan pengendalian diri. Selain itu, empati dari anggota keluarga dan penderita sangat membantu dalam mempercepat kesembuhan penderita.<br />Dalam kehidupan sekarang yang diwarnai dengan konsumerisme, hendaknya kita menyadari bahwa manusia bukanlah human having tetapi human being. Semoga pembahasan tentang Shopaholic, dapat memberikan manfaat bagi Anda dan dapat mencegah meningkatnya problem shopaholic.arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3145674057137038392.post-55230486799981021922008-12-17T16:03:00.000-08:002008-12-17T16:04:58.118-08:00Koping Stress Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda<p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Jurnal dengan judul Koping Stress Pada Etnis Bali Jawa dan Sunda ditulis oleh Andrian Pramadi dan Hari K. Lasmono Fakultas Psiokologi Universitas Surabaya yang diterbitkan oleh Anima Indonesian Psychological Jornal pada tahun 2000 vol 2 no 4 halaman 326-340. Dalam jurnal ini, dilakukan penelitian tentang koping stress lintas budaya. Dalam hal ini nilai-nilai budaya khususnya pada etnis Bali, Jawa, dan Sunda dikaitkan dengan cara individu dalam proses kognitifnya mengahadapi masalah yang dapat menyebabkan stress. Koginitif dan emosi individu dalam ketiga budaya tersebut berusaha untuk menghadapi stress dengan pembentukan reaksi terhadap stress yang mengacu pada coping behavior. Pengaruh kebiasaan terkait agama dan kebiasaan individu pada ketiga etnis tersebut juga dikaitan dalam koping stress. Dalam, jurnal ini mencatat penelitian untuk melihat apakah ada perbedaan dari ketiga budaya yaitu budaya Bali, Jawa dan Sunda dalam menghadapi stress melalui coping behavior. Dibawah ini akan dibahas lebih lanjut.</p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Latar Belakang Masalah</p> </li></ol> <p style="text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Peneliti mencoba mengaitkan koping stress dalam konteks budaya atau sosial dengan agama dan pola hidup sehari-hari termasuk kebiasaan terpola yang terbentuk dari generasi kegenerasi. Sumber stresnya adalah ketidakpastian pada masa depan yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan benturan budaya lain sebagai akibat dari globalisasi. </p> <p style="text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Di pulau Bali, proses perubahan dalam masyarakat mengalami percepatan yang sangat besar terutama karena sistem pendidikan sekolah amat intensif dan ekstensif. Masyarakat Bali merasakan aspek negatif dari proses moderenisasi yang mengancam nilai-nilai budaya yang telah dijunjung tinggi. <span lang="fi-FI">Ini menimbulkan situasi dilematis antara kompromi atau menolak percepatan moderenisasi. Dilema-dilema ini yang akan menciptakan situasi-situasi ketidakpastian akan masa depan sebagai sumber stres dan akan dilihat bagaimana coping behavior yang ditampilkan.</span></p> <p style="text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Di Jawa (Jogjakarta), problem yang dihadapi adalah jumlah penduduk dan tingkat persaingan yang kuat dalam kerja dan sekolah, disatu sisi dalam persaingan itu mereka tetap memegang kaidah budaya Jawa yaitu berusaha tidak menimbulkan konflik terhadap sesama (kaidah pertama) dan berusaha bersikap hormat sesuai derajat dan kedudukannya. Kedua kidah ini menurut Geertz telah terbatinkan dalam setiap anak Jawa sehingga apabila menghadapi konflik, mereka kurang dapat bersifat asertif dan akan banyak menggunakan bahasa-bahasa simbol. Salah satu permasalahan ini yang menarik untuk diteliti sebagai salah satu sumber stresor yang nantinya akan dilihat sumber stresornya.</span></p> <p style="text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Permasalahn yang dihadapi budaya Sunda adalah mengenai persaingan hidup. Dalam budaya Sunda dikenal ungkapan “uyah mah tara tees ka luhur” (garam bila mencair tidak akan menetes ke atas), artinya bahwa masyarakat senantiasa menimpakan keburukan tingkah laku anak terhadap orang tua. Sehingga keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan sikap anak nantinya. Tantangan hidup nantinya dalam menghadapi ketidakpastian masa depan menarik untuk diteliti dalam proses coping behaviornya.</p> <ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori dan Hipotesis</p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori</p> </li></ol> </li></ol> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori tentang stres</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Stres merupakan proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan.</p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori hubungan coping behavior dengan proses kognitif</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Moos dan Schafer menggambarkan proses coping:</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" lang=""> </p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori Benedict</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Teori Benedict menjelaskan bahwa perhatian bergerak dari kebudayaan ke anggota kebudayan.</p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori tentang budaya</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Sibrani merangkum definisi-definisi budaya menurut Taylor, Wilson, Goodenough, dan Murdock, kebudayaan adalah segala pengetahuan milik masyarakat yang ditransmisikan dan dikomunikasikan secara sosial yang tercermin dalam ide, tindakan dan hasil kerja manusia, berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat, yang harus dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tersebut.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Matsumoto mendefinisikan budaya sebagai serangkaian sikap, nilai, kepercayaan, dan perilaku yang dipakai bersama sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari generasi kegenerasi.</p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Teori coping behavior</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Coping behavior merupakan respon yang bersifat perilaku psikolosis untuk mengurangi tekanan dan sifatnya dinamis. Bentuk-bentuk koping dibedakan dalam beberapa respon, yaitu:</p> <ul><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Appraisal focused coping</p> </li></ul></ul> <p style="margin-left: 1.91cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify" lang="fi-FI"> Fokusnya pada pemilihan arti, menentukan arti situasi secara pribadi</p> <ul><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Problem focused coping</p> </li></ul></ul> <p style="margin-left: 1.91cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Respons yang berusaha memodifikasi sumber stres dengan menghadapi situasi sebenarnya.</p> <ul><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Emotional focused coping</p> </li></ul></ul> <p style="margin-left: 1.91cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Respon yang mengendalikan penyebab stres yang berhubungan dengan emosi dan usaha memelihara keseimbanganyang efektif. </p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk koping, yaitu:</p> <ul><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Jenis kelamin</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkat pendidikan</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Perkembangan usia</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Konteks lingkungan dan sumber individual</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Status sosial ekonomi</p> </li></ul></ul> <ol><ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Hipotesis</p> </li></ol></ol> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Faktor budaya antara budaya Bali, Jawa, dan Sunda diduga berkaitan dengan coping behavior yang ditampilkan dalam menghadapi sumber stres.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Budaya Bali, Jawa dan Sunda memiliki karakteristik yang berbeda sehingga diduga juga memilki reaksi yang berbeda dalam menghadapi stres.</p> </li></ul> <ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Metode Penelitian</p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Instrumen</p> </li></ol> </li></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Tampilan Coping behavior diungkap dengan menggunakan delapan strategi coping dari Taylor (1991) yaitu:</p> <ol><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Konfrontasi</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Mencari dukungan sosial</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Merencanakan pemecahan masalah</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Kontrol diri</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Membuat jarak</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Penilaian kembali secara positif</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Menerima tanggung jawab</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Lari atau menghindar</p> </li></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Kedelapan strategi tersebut deitransformasikan kedalam pertanyaan-pertanyaan,subjek diminta menyebutkan stressor secara spesifik berkaitan dengan kepastian masa depan dan kemudian dan mengurutkannya dalam lima skala pengalaman stres yang hasilnya berupa angket yang berbentuk data kuantitatif</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Penulis membuat pertanyaan berdasarkan sepuluh sistem tingkah laku dari Jhon Whiting dan Irwins. Child yaitu:</p> <ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat selalu minta dilayani</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"><span lang="fi-FI">Tingkah laku yang bersifat suka mengungkapkan </span><span lang="fi-FI">perasaaan</span></p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat bergantung pada kemampuan diri sendiri</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat mempunyai rasa tanggung jawab</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat ingin mencapai sesuatu yang lebih baik</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat patuh pada orang tua atau pemimpin</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat gemar menolong orang lain yang mengalami kesukaran</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify" lang="fi-FI"> Tingkah laku ingin menguasai orang lain</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang ramah dalam pergaulan</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Tingkah laku yang bersifat suka menyerang, baik sebagai ancaman dari luar maupun yang bersifat menurut kesempatan</p> </li></ul> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Kesepuluh sistem tingkah laku duhubungkan dengan data observasi mengenai lingkungan hidup, sistem kekerabatan, kehidupan keagamaan dan pelaksanaanya. </p> <ol><ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Sampel</p> </li></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Sample penelitian adalah remaja dan dewasa serta orang tua masing-masing di Bali, Jawa, dan Sunda yang hidup di daerah sub- urban.</p> <ol><ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Prosedur</p> <ul><ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Wawancara</p> </li></ol></ul> </li></ol></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Wawancara terkait coping behavior untuk remaja dan dewasa dan wawancara terkait sistem tingkah laku untuk orang tua</p> <ol><ol><ul><ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Observasi</p> </li></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Observasi p</span><span lang="fi-FI">ada lingkungan hidup, sistem kekerabatan, kehidupan keagamaan, dan pelaksanaanya.</span></p> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify" lang="fi-FI"><br /></p> <ol><ol start="4"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Analisis</p> </li></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Menggunakan analisis kuantitatif ( penghitungan statistik ) dan analisis kuantitatif ( analisis isi )</span><span lang="fi-FI">.</span></p> <ol start="4"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Hasil dan Pembahasan</p> <ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Hasil dan Pembahasan Bali</p> <ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Hasil</p> </li></ul></ol></ul> </li></ol> </li></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Table 1</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Perbandingan Coping Behavior Berdasarkan Jenis Kelamin</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.720</p> </td> <td width="60"> <p>0.277</p> </td> <td width="60"> <p>0.936</p> </td> <td width="60"> <p>0.346</p> </td> <td width="60"> <p>0.420</p> </td> <td width="60"> <p>0.626</p> </td> <td width="60"> <p>0.262</p> </td> <td width="40"> <p>0.369</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Tabel 2</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" lang="fi-FI"> Perbandingan Usia antara > 30 tahun dan <> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.286</p> </td> <td width="60"> <p>0.535</p> </td> <td width="60"> <p>0.362</p> </td> <td width="60"> <p>0.325</p> </td> <td width="60"> <p>0.000</p> </td> <td width="60"> <p>0.001</p> </td> <td width="60"> <p>0.20</p> </td> <td width="40"> <p>0.082</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Keterangan:</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#ffffff" cellpadding="7" cellspacing="3" width="544"> <col width="30"> <col width="199"> <col width="31"> <col width="211"> <tbody><tr valign="top"> <td width="30"> <p>CC</p> </td> <td width="199"> <p>: Confrontative Coping</p> </td> <td width="31"> <p>AR</p> </td> <td width="211"> <p>: Accepting Responsibility</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>D</p> </td> <td width="199"> <p>: Distance</p> </td> <td width="31"> <p>EA</p> </td> <td width="211"> <p>: Escape Avoidance</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SC</p> </td> <td width="199"> <p>: Self Control</p> </td> <td width="31"> <p>PPS</p> </td> <td width="211"> <p>: Planful Problem Solving</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SSC</p> </td> <td width="199"> <p>: Seeking Social Support</p> </td> <td width="31"> <p>PR</p> </td> <td width="211"> <p>: Positive Reapprasial</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Bentuk koping yang sering digunakan dalam budaya Bali adalah accepting responsibility, confronting coping dan planful problem solving. </p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 2. Pembahasan</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Subjek terbagi dalam dua bagian besar yaitu yang memiliki pendidikan tinggi, menengah kebawah dan sebagian besar mnemilki penghasilan sendiri. Hasil diatas merupakan tampilan koping dari jenjang pendidikan yang beragam. Berdasarkan 100 subjek Bali didapati tiga bentuk koping yang sering digunakan yaitu:</p> <ol><ol><ul><ol><ul><ol><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Accepting Responsibility</p> </li></ol></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Individu mengakui bahwa diri sendiri ikut mempunyai saham terhadap munculnya permasalahan dan mencoba belajar dari pengalaman yang ada. Munculnya koping ini difasilitasi oleh kondisi lingkungan yang sifat kebersamaan dan sanksi sosial masih kental. Hal ini cocok dengan budaya Bali karena di Bali masih menerapkan sistem kasta yang masih kental sehingga sanksi sosial pun masih ketat.</p> <ol><ol><ul><ol><ul><ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Confronting Coping</p> </li></ol></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan memperjuangkan apa yang diinginkannya, mengubah situasi secara agresif dan adanya keberanian mengambil resiko. Tampaknya ini cocok dengan budaya Bali yang kental dengan kehinduannya yaitu individu harus mandiri dan memperjuangkan keinginannya, ditunjukkan dengan bekerja keras dan tidak ingin bergantung dengan orang lain. Koping ini menggambarkan sample subjek yang rata-rata berpendidikan tinggi dan memiliki pengalaman yang luas.</p> <ol><ol><ul><ol><ul><ol start="3"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Planful Problem Solving.</p> </li></ol></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 1.27cm; text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> <span lang="fi-FI">Individu memikirkan suatu rencana tindakan untuk mengubah dan meme</span><span lang="fi-FI">cahkan situasi. </span>Tidak ada unsur emosianal dalam menghadapi masalah, rasionalitas yang berjalan. Ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang tinggi (setengah dari sample berpendidikan tinggi) atau berpengalaman (sebagian besar adalah dewasa awal). Agak sulit menghubungkan bentuk koping ini dengan budaya Bali karena sistem budaya Bali lebih menekankan pada unsur perasaan.</p> <ol><ol start="2"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Hasil dan Pembahasan Jawa</p> <ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 1. Hasil</p> </li></ul></ol></ul> </li></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Table 3</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Perbandingan Coping Behavior Berdasarkan Jenis Kelamin</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.575</p> </td> <td width="60"> <p>0.768</p> </td> <td width="60"> <p>0.760</p> </td> <td width="60"> <p>0.276</p> </td> <td width="60"> <p>0.07</p> </td> <td width="60"> <p>0.385</p> </td> <td width="60"> <p>0.196</p> </td> <td width="40"> <p>0.960</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Table 4</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" lang="fi-FI"> Perbandingan Usia antara > 30 tahun dan <> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.974</p> </td> <td width="60"> <p>0.387</p> </td> <td width="60"> <p>0.711</p> </td> <td width="60"> <p>0.439</p> </td> <td width="60"> <p>0.531</p> </td> <td width="60"> <p>0.077</p> </td> <td width="60"> <p>0.129</p> </td> <td width="40"> <p>0.850</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Keterangan:</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#ffffff" cellpadding="7" cellspacing="3" width="544"> <col width="30"> <col width="199"> <col width="31"> <col width="211"> <tbody><tr valign="top"> <td width="30"> <p>CC</p> </td> <td width="199"> <p>: Confrontative Coping</p> </td> <td width="31"> <p>AR</p> </td> <td width="211"> <p>: Accepting Responsibility</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>D</p> </td> <td width="199"> <p>: Distance</p> </td> <td width="31"> <p>EA</p> </td> <td width="211"> <p>: Escape Avoidance</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SC</p> </td> <td width="199"> <p>: Self Control</p> </td> <td width="31"> <p>PPS</p> </td> <td width="211"> <p>: Planful Problem Solving</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SSC</p> </td> <td width="199"> <p>: Seeking Social Support</p> </td> <td width="31"> <p>PR</p> </td> <td width="211"> <p>: Positive Reapprasial</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Jenis koping yang sering dugunakan dalam budaya Jawa adalah planful problem solving.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"><br /></p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 2. Pembahasan</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Pada budaya Jawa hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara jenis kelamin dalam melakukan coping terhadap masalah tekanan dan tidak adanya perbedaan antara usia diatas dan dibawah tiga puluh tahun. Tiadanya perbedaan menunjukkan bahwa pada budaya Jawa, prinsip-prinsip budaya telah ditekankan secara sama tanpa membedakan jenis kelamin dan umur. Pokok-pokok budaya telah ditanamkan sejak kecil dan ini melekat sampai dewasa sehingga apabila menghadapi tekanan atau masalah, mereka menghadapinya dengan model yang sama yaitu mengambil perlindungan ibu sebagai figur moral.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Bentuk koping sering digunakan planful problem solving. Ini mengherankan karena sering dianggap dan streotip orang Jawa yang emosional tetapi bentuk kopingnya adalah planful focused solving bukannya emotional focused solving.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Hal ini disebabkan karena kondisi subjek yang berlatar belakang budaya Jawa sebagian besar berpendidikan dan cukup memperoleh pengetahuan dari koran, TV dan radio, sehingga membuat mereka memiliki bahan acuan dalam mencari pemecahan masalah. <span lang="fi-FI">Sejak kecil, orang telah belajar menekan perasaan negatif dan menguasai emosi agar tidak menggangu satu sama lain. Dengan kata lain, orang tidak hanya belajar menghindari konfrontasi langsung tetapi juga tak memberinya kesempatan muncul. Berdasarkan hal tersebut usaha memendam konflik dianggap sebagai norma, selapis normalitas akan menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan tegangan akan berjalan terus dalam waktu yang lama. “Ya, kita dapat mengampuni, namun tak akan melupakannya”, begitulah kata-kata yang sering diucapkan orang Jawa. Kendalanya bagaimana mereka mengakui secara jujur adanya konflik. Jadi tidaklah heran hasilnya orang Jawa banyak menggunakan planful problem solving</span></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">c. Hasil dan Pembahasan Sunda</p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 1. Hasil</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Tabel 5</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Perbandingan Coping Behavior Berdasarkan Jenis Kelamin</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.512</p> </td> <td width="60"> <p>0.897</p> </td> <td width="60"> <p>0.651</p> </td> <td width="60"> <p>0.485</p> </td> <td width="60"> <p>0.723</p> </td> <td width="60"> <p>0.013</p> </td> <td width="60"> <p>0.133</p> </td> <td width="40"> <p>0.037</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"><br /></p> <p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"><br /></p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Table 6</p> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" lang="fi-FI"> Perbandingan Usia antara > 30 tahun dan <> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="7" cellspacing="0" width="548"> <col width="35"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="60"> <col width="40"> <tbody><tr valign="top"> <td width="35"> <p>CC</p> </td> <td width="60"> <p>D</p> </td> <td width="60"> <p>SC</p> </td> <td width="60"> <p>SSC</p> </td> <td width="60"> <p>AR</p> </td> <td width="60"> <p>EA</p> </td> <td width="60"> <p>PPS</p> </td> <td width="40"> <p>PR</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="35"> <p>0.500</p> </td> <td width="60"> <p>0.434</p> </td> <td width="60"> <p>0.695</p> </td> <td width="60"> <p>0.567</p> </td> <td width="60"> <p>0.420</p> </td> <td width="60"> <p>0.771</p> </td> <td width="60"> <p>0.420</p> </td> <td width="40"> <p>0.371</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;"> Keterangan:</p> <dl><dd> <table border="1" bordercolor="#ffffff" cellpadding="7" cellspacing="3" width="544"> <col width="30"> <col width="199"> <col width="31"> <col width="211"> <tbody><tr valign="top"> <td width="30"> <p>CC</p> </td> <td width="199"> <p>: Confrontative Coping</p> </td> <td width="31"> <p>AR</p> </td> <td width="211"> <p>: Accepting Responsibility</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>D</p> </td> <td width="199"> <p>: Distance</p> </td> <td width="31"> <p>EA</p> </td> <td width="211"> <p>: Escape Avoidance</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SC</p> </td> <td width="199"> <p>: Self Control</p> </td> <td width="31"> <p>PPS</p> </td> <td width="211"> <p>: Planful Problem Solving</p> </td> </tr> <tr valign="top"> <td width="30"> <p>SSC</p> </td> <td width="199"> <p>: Seeking Social Support</p> </td> <td width="31"> <p>PR</p> </td> <td width="211"> <p>: Positive Reapprasial</p> </td> </tr> </tbody></table> </dd></dl> <p style="margin-left: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Koping yang sering digunakan dalam budaya Sunda adalah accepting responsibility, confrontative coping dan self control.</p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 2. Pembahasan</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Subjek perempuan lebih banyak dari subjek laki–laki karena proses pengambilan data dari pagi sampai siang saat subjek laki-laki kerja. Hasil menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama menggunakan bentuk koping yang sifatnya emotional focused coping dalam menghadapi tekanan. Ini menggambarkan bahwa perilaku yang ditampilkan untuk mengendalikan penyebab stress yang berkaitan dengan emosi dan usaha yang dilakukan adalah memelihara keseimbangan efektif, yang sesuai dengan tipikal orang Sunda yang lebih introvert. </p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Tidak ada perbedaan bentuk koping antara usia diatas maupun dibawah tiga puluh tahun. Ini menunjukkan bahwa tidak ada bentuk koping yang menjadi ciri khas dari usia tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa transfer budaya dari orang tua ke anak berjalan dengan baik.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Perbedaan bentuk koping secara detail berdasarkan jenis kelamin, bentuk koping yang digunakan berbeda dalam hal escape evoidance. Perbedaan terjadi karena jumlah subjeknya banyak yang perempuan yang lebih mengarah pada emotional focused coping. Bentung koping ini sebenarnya sesuai dengan karakteristik budaya Sunda yang terlalu perasa atau mudah gembira. Apabila menghadapi tekanan, mereka cenderung berharap situasi akan cepat berlalu dan menunjukkan sikap menghindar. “karena buat apa bersedih-sedih dengan masalah”, begitu kata mereka.</p> <p style="margin-left: 0.64cm; text-indent: 0.64cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Bila melihat bentuk koping yang sering digunakan tanpa melihat perbedaan jenis kelamin dan usia adalah accepting responsibility, confrontative coping dan self control. accepting responsibility dan self control merupakan bagian dari emotional focused coping.</p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Accepting Responsibility</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.95cm; text-indent: 0.95cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Individu mengakui bahwa diri sendiri merupakan penyebab masalah dan ada re-evaluasi diri, kemudian mencoba mengadakan perbaikan diri dengan mencoba belajar dari masalah. Ini ada kaitannya dengan orang Sunda yang terlalu perasa sehingga apabila ada suatu masalah itu dianggap sebagai tanggung jawab dirinya dan ada perasaan bersalah. </p> <ol><ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Self Control</p> </li></ul></ol></ul></ol></ol> <p style="margin-left: 0.95cm; text-indent: 0.95cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify" lang="fi-FI"> “Menabahkan hati” dan tidak membiarkan perasaannya terlihat. Ini dilakukan karena mengacu pada filosofi bahwa tidak baik menampilan perasaan atau tindakan kecewa, sedih, marah, yang pada akhirnya membuat orang laik tersinggung atau marah. </p> <p style="margin-left: 0.95cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> 7.Confrontative Coping </p> <p style="margin-left: 0.95cm; text-indent: 0.95cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Bentuk koping ini dipakai apabila masalah itu memang harus diselesaikan dan tak dapat dibiarkan berlarut-larut. Peneliti mendapat gambaran bentuk koping yang berjenjang: self control Accepting Responsibility Confrontative Coping </p> <ol start="5"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Kesimpulan </p> </li></ol> <p style="text-indent: 1.27cm; margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Berdasarkan jurnal tidak terdapat hubungan yang khas dan detail antara societal identity yang berisikan values, interest, social roles, religy dan sistem tingkah laku dengan koping behavior. Dalam penelitian ini, budaya Bali yang membentuk orangnya menjadi introvert tetapi tebuka akan informasi dari luar, menampilkan coping behavior yang sifatnya problem focused coping yaitu confrontative dan planful problem solving. Selain itu bentuk accepting responsibility (sifatnya emosional) masih digunakan yaitu individu cenderung menyalahkan diri sendiri sebagai penanggung jawab munculnya suatu masalah. Pada budaya Sunda bentuk kopingnya antara problem focused (confrontative coping) dan emotional focused (accepting responsibility dan self control) pada budaya Jawa bentuk koping yang sering dipakai adalah problem focused (planful problem solving. Padahal dari segi budaya hampir tak ada perbedaan antara Bali, Jawa dan Sunda.</p> <ol start="6"><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify">Evaluasi</p> <ol><ul><ol><ul><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Dalam penelitian terdapat metodologi terutama berkaitan dengan penentuan sample sehingga proses pengambilan simpulannya tidak dapat secara mendalam.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Dalam penelitian tidak ada control religi yang mempengaruhi coping behavior karena karakteristik agama yang berbeda pada setiap etnis mungkin mempengaruhi coping behavior yang ditampilkan.</p> </li><li><p style="margin-bottom: 0cm; line-height: 150%;" align="justify"> Kurangnya perencanaan sample dalam pembagiannya berdasarkan usia serta jenis kelamin, karena coping behavior yang ditampilkan antara wanita dan laki-laki berbeda. Hal ini tampak pada kasus di Sunda yang mana subjek sebagian besar adalah wanita sehingga koping stress yang dipakai sifatnya emotional focused coping.</p> </li></ul></ol></ul></ol> </li></ol>arum_psi'06http://www.blogger.com/profile/05188870871361871209noreply@blogger.com0