aku

aku

Sabtu, 09 Mei 2009

depresi mayor pada caleg

Politik menurut Aristoteles adalah seni untuk mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan kekuasaan demi kepentingan kelompok. Namun pada praktiknya adanya kecendrungan kekuasaan itu ditujukan hanya untuk kepentingan pribadi politikus. Untuk mempengaruhi orang lain seorang politikus atau lebih tepatnya calon politikus selayaknnya memiliki konsep diri yang tinggi serta ego strength yang cukup kuat untuk dapat mempengaruhi orang lain tersebut, bukannya dirinya sendiri yang jatuh dalam jurang hitam keterpurukan akibat buta dengan kekuasaan.

Calon politikus di Indonesia dikenal dengan sebutan calon legeslatif. Calon legeslatif dipilih dari perwakilan tiap partai dan sering terjadi pemilihan caleg tersebut dilakukan dengan tidak semestinya misalnya hanya mengandalkan kepopuleran caleg (dalam hal ini artis). Partai sering kali tidak melakukan seleksi dalam pemilihan caleg yang akan diajukan dalam Pemilu (pemilihan umum). Pernahkan terpikirkan oleh partai politik akan kerentanan gangguan psikologis yang akan dialami caleg saat tidak terpilih menjadi anggota dewan?. Atau pernahkah terpikirkan oleh partai politik apakah caleg yang mereka calonkan itu memiliki stabilitas emosi yang cukup memadai untuk menirima apapun hasil dari pemilu?.

Depresi pada caleg bukanlah hal yang luar biasa setelah Pemilu. Pemerintah yang berhubungan dengan kesehatan jiwa sudah memprediksi akan adanya caleg yang mengalami depresi. RSJ menyiapkan sejumlah psikiater dan psikolog bahkan kamar VIP di RSJ untuk menampung caleg yang depresi. Bahkan banyak tulisan-tulisan tentang kecendrungan caleg yang depresi setelah Pemilu. Dibawah ini akan dipaparkan fakta tentang caleg yang mengalami depresi serta dicoba untuk dianalisis.

  1. Fakta-fakta caleg yang mengalami depresi

  1. Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar, Jawa Barat, Srihayati, 23, ditemukan tewas gantung diri sekitar pukul 07.30 WIB Selasa(14/4).Ibu muda yang mencalonkan diri untuk daerah pemilihan (dapil) I Kota Banjar dengan nomor urut 8 itu ditemukan tewas di sebuah saung bambu di Dusun Limusnunggal RT01/01, Desa Bangunjaya,Kecamata n Langkaplancar, Kabupaten Ciamis.

  2. Seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Pahala Sianipar ditemukan tewas di kediamannya, Senin (19/04) malam. Ia tewas bunuh diri akibat menenggak obat pembasmi serangga di dalam kamarnya. Di kediamannya Jalan Pintu Air, Kecamatan Medan Kota.

  3. Seorang calon legislator daerah pemilihan Tangerang, di perumahan elit Alam Sutera Kunciran, stres dan marah-marah karena kalah dalam pemilu legislatif 9 April lalu.Sekitar pukul 17.00 WIB (9/4) saat penghitungan suara dilakukan, seorang pria (40) yang merupakan caleg dari partai tertentu, terlihat frustasi saat mengatahui kalah dalam perolehan suara. Dia merangkak di pinggir jalan dengan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.

  4. Salah seorang caleg Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) dari Bulukumba; Andi Langade Karaeng Mappangille Minggu (12/4) bersama tim suksesnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang 3 km. Tindakan tersebut diduga akibat perolehan suaranya yang tidak mencukupi menjadi caleg terpilih.

  5. Seorang caleg di Cirebon, Jawa Barat, kini sering melamun dan mengurung diri. Nasib ini menimpa Iwan Setiawan, caleg Partai Patriot asal Kabupaten Kuningan. Apa yang dialami Iwan ini bisa jadi hanya satu dari banyak kasus yang bakal terjadi. Setelah mengetahui hasil penghitungan suara tidak sesuai harapan, pria berusia 29 tahun ini mendadak menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Keluarganya menduga, perilaku Iwan Setiawan terjadi karena kekalahannya dalam pemilu 9 April lalu. Iwan Setiawan memang telah menghabiskan uang yang banyak untuk kampanye. Setidaknya Rp 300 juta ludes dibayarkan.

  6. Di Kalimantan Tengah muncul dua caleg dan tiga simpatisan partai yang mengalami tekanan psikis. Dua dari lima orang itu mengalami gangguan jiwa ringan atau stres, seorang gangguan jiwa sedang atau depresi. Dua lainnya mengalami gangguan jiwa berat: terus mengoceh, murung, serta tak mau makan serta Minum. Kelimanya kini dirawat di Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Kalawa Atei, Kalteng.

  1. Analisis

  • Perilaku depresi yang dilakukan oleh caleg yang termasuk dalam ciri-ciri depresi mayor antara lain:

  1. Adanya keinginan bunuh diri baik yang belum dilaksanakan maupun yang telah terlaksana. Pada fakta diatas caleg dari Jawa Barat melakukan bunuh diri dengan gantung diri satu minggu setalah pemilu dan caleg dari Medan melakukan bunuh diri dengan meminum racun serangga.

  2. Caleg tidak bisa berpikiran jernih dalam menerima hasil dari pemilu, yaitu caleg dari Tanggerang menjadi frustasi dengan merangkak di pinggir jalan dan membawa-bawa cangkir sambil meminta-minta uang kepada orang yang berlalu lalang, katanya kembalikan uang saya, kata caleg itu.

  3. Penurunan kesenangan pada minat yaitu terjadi pada iwan setiawan yang menjadi pendiam dan mengurung dalam kamar.

  4. Mood yang depresi yaitu terjadi pada caleg Kalimantan tengah yang terus mengoceh.

  5. Penurunan berat badan karena tidak ada minat dalam makan dan minum.

  • Penyebab perilaku depresi pada caleg

  1. Faktor sosial-lingkungan

Depresi mayor pada caleg disebabkan oleh kenyataan bahwa dirinya tidak memperoleh suara yang cukup sebagai persyaratan menjadi anggota dewan. Kenyataan yang lebih rumit adalah, caleg sudah banyak berkorban untuk memperoleh suara tersebut terutama dalam hal financial cost. Caleg sudah mengeluarkan dana yang cukup besar kurang lebih 200 juta, tetapi caleg tersebut gagal menjadi anggota dewan. Ditambah lagi dana yang dikeluarkan tersebut hasil dari hutang atau menggadaikan perabot rumah. Kondisi ini peristiwa hidup yang sangat menekan pada diri caleg yang akibatnya menderita depresi mayor.

  1. Faktor behavioral

Faktor behavioral yang menjadikan caleg depresi adalah kurangnnya reinforcement dari orang-orang yang dianggapnya akan memilihnya. Kenyataan bahwa pemilih yang dianggapnya akan memilihnya ternyata tidak memilihnya tentunya akan membuatnya menjadi depresi mayor.

Interaksi negative dari keluarga terutama keluarga yeng memiliki EE (Express Emotion) yang tinggi dapat menambah depresi pada caleg. Keluarga yang dengan tegas menyatakan kekecewaan serta tuntutan keluarga agar individu tersebut menjadi anggota dewan dapat membuat caleg menjadi depresi setelah mengetahui hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

  1. Faktor emosional kognitif

Melihat dari teori psikoanalisis depresi pada disebabkan oleh kemarahan yang diarahkan kedalam dirinya yang mana dia gagal dalam pemilihan. Narsistik berperan dalam depresi yang dialami, karena pada awalnya caleg cukup yakin dan percaya diri apalagi ditambah dengan kampanye yang dilakukan, namun pada kenyataannya dia tidak terpilihlah yang menyebabkan self esteemnya menjadi jatuh dan akibatnya adalah depresi.

Caleg yang depresi mengalami kesulitan dalam melakukan coping stress. Kepercayaan diri yang tinggi pada caleg membuatnya menjadi overestimate sehinga tidak ada antisipasi tentang kegagalan yang mungkin saja terjadi. Hal ini menyebabkan caleg tiadak siap dan tidak cukup mampu melakukan coping stress.

Tujuan hidup caleg dalam mencalonkan diri menjadi anggota dewan tersebut yang hanya untuk kepentingannya sendirilah yang mungkin menjadi penyebab depresi. Tujuan hidup yang hanya untuk kepentingan diri sendiri dampaknya juga akan menyerang dirinya sendiri dalam bentuk tekanan peristiwa kegagalan yang menimpanya.

No.

Segitiga kognitif depresi

1.



2.




3.

Pandangan negative tentang diri sendiri


Pendangan negative tentang lingkungan



Pandangan negative tentang masa depan

Setelah pemilu caleg merasa tidak berhargakarena gagal dalam pemerolehan suara di pemilu

Memandang lingkungan sudah berhianat dengan dirinya karena caleg telah berkorban (dalam bentuk financial)namun tetap tidak terpilih

Setelah tidak terpilihnya menjadi anggota dewan membuat dirinya tidak punya lagi masa depan yang akibatnya caleg melakukan tindak bunuh diri.


Tidak ada komentar: